Diperkirakan 30-80 persen anak di negara berkembang, mengalami kekurangan zat besi pada usia satu tahun. Anak-anak ini akan mengalami keterlambatan perkembangan kognitif maupun psikomotor.
Ketika mereka mencapai usia sekolah, mereka akan mengalami gangguan kinerja dalam tes bahasa keterampilan, keterampilan motorik, dan koordinasi. Itu setara dengan defisit lima hingga 10 poin dalam tingkat inteligensi.
Ketua Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi) Prof Dr Hj Netti Herawati mengatakan, proses/belajar seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan. Jangan sampai terganggu masalah kesehatan.
"Proses belajar-mengajar pada anak usia dini, hendaknya tidak terganggu oleh berbagai masalah, termasuk kendala kesehatan," kata Prof Netti.
Orang tua dan pendidik harus saling mendukung dalam proses belajar anak. Termasuk dalam pendidikan dasar seperti PAUD. Pendidik memberikan materi kepada orang tua untuk diberikan kepada anak,maupun memberi arahan untuk membantu orang tua atau memunculkan ide di dalam pengajaran kepada anak.
"Sehingga anak dapat bermain hingga keluar imajinasi selama proses belajar. Semua ini bisa tercapai jika anak sehat dan tidak mengalami kekurangan zat besi," katanya.
Dia selalu meminta agar orang tua memerhatikan asupan bergizi di rumah untuk mendukung proses belajarnya. Itu membuat anak bisa menyerap ilmu dengan optimal.