Jumat 29 Jan 2021 04:55 WIB

Kurang Zat Besi Turunkan Kemampuan Belajar Anak

Kekurangan zat besi pada anak memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang.

Seorang anak balita sedang mencoret dinding/ilustrasi.
Foto: corbis
Seorang anak balita sedang mencoret dinding/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli gizi ibu dan anak Prof Dr drg Sandra Fikawati mengatakan, kekurangan zat besi pada anak-anak dapat menurunkan kemampuan belajarnya. Bahkan, dalam jangka panjang, bisa mengganggu pertumbuhan.

"Kekurangan zat besi khususnya pada anak memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang. Misalnya gangguan pada perkembangan kognitif, motorik, sensorik, serta perilaku dan emosi," kata Fikawati dalam keterangan tertulis, Kamis (29/1).

Terlebih saat anak memasuki usia sekolah, kata dia, kekurangan zat besi akan berdampak pada kurangnya konsentrasi saat belajar, ketidakmampuan belajar, hingga perkembangan tertunda.

Data Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas) menunjukkan satu dari tiga anak balita Indonesia mengalami anemia. Data lain menunjukkan, lebih dari 40 persen anak balita di negara berkembang menderita anemia. Sedangkan 50-60 persen kasus anemia disebabkan oleh kekurangan zat besi.

Fikawati menjelaskan zat besi merupakan salah satu mikronutrien atau sering juga dikenal sebagai vitamin dan mineral sangat penting untuk mendukung kemampuan belajar anak. Jutaan anak mengalami pertumbuhan terhambat, keterlambatan kognitif, kekebalan yang lemah, dan penyakit akibat defisiensi zat besi.

"Padahal, anak usia prasekolah membutuhkan dukungan lingkungan yang baik, terutama dukungan gizi seimbang sehingga orang tua harus mengetahui kebutuhan gizi, cara pemenuhannya, serta upaya perbaikan gizinya," katanya.

Jika orang tua tidak waspada, dampaknya akan diketahui saat sudah terlambat. "Meskipun seorang anak mungkin terlihat kenyang, bisa jadi tubuhnya tengah kelaparan akibat kekurangan zat gizi mikro,” kata Fikawati.

Dokumen WHO menyebutkan terdapat bukti kuat melalui penelitian bahwa kekurangan zat besi terlihat secara meyakinkan menunda perkembangan psikomotor dan mengganggu kinerja kognitif anak prasekolah dan anak usia sekolah di Mesir, India, Indonesia, Thailand, dan Amerika Serikat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement