Setelah itu, Hollis mulai mengalami gejala hidung tersumbat. Akan tetapi, dia berpikir itu hanya masalah sinus biasa yang kerap dia alami. Keluhan ini hanya dialami Hollis dalam waktu singkat.
Tak lama setelah itu, teman sekamar Hollis mulai jatuh sakit dengan kondisi yang berat. Teman sekamar Hollis positif terkena Covid-19 dan sakit selama sekitar satu bulan.
Pada pertengahan Juli, Hollis berpartisipasi menjadi relawan untuk studi virus corona yang didukung oleh George Mason University President Gregory Washington. Ini merupakan studi yang dipimpin oleh Liotta.
Di saat itulah baru diketahui bahwa Hollis memiliki antibodi super yang penting dalam penelitian Liotta dan tim. Hal ini yang kemudian membuat Hollis sadar bahwa dia kemungkinan sudah terkena Covid-19 sebelum teman sekamarnya. Dan Hollis juga menyadari bahwa kemungkinan dia yang membuat teman sekamarnya tertular Covid-19.
"Itu berdampak buruk baginya. Saya merasa sangat bersalah kepadanya. Dan saya tak habis pikir, saya kebal terhadap (penyakit itu)? Antibodi saya bisa menolong sains moderen? Terlalu banyak yang harus saya pahami," ujar Hollis.