Selasa 10 Nov 2020 08:05 WIB

Kanker Prostat tak Bergejala, Deteksi Dini Jadi Penting

Ketika gejala bermunculan, kemungkinan besar kanker prostat sudah menyebar.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang pria melakukan tes darah untuk mengecek kanker prostat di Canberra, Australia. Kanker prostat lebih banyak terjadi pada laki-laki berusia di atas 50 tahun.
Foto: EPA
Seorang pria melakukan tes darah untuk mengecek kanker prostat di Canberra, Australia. Kanker prostat lebih banyak terjadi pada laki-laki berusia di atas 50 tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, PITTSBURGH -- Kanker prostat kerap tumbuh dan menyebar secara diam-diam dalam tubuh. Statistiknya di Amerika Serikat juga cukup mengkhawatirkan, yakni satu dari sembilan pria didiagnosis mengidap kanker prostat.

Risikonya bahkan lebih tinggi untuk keturunan Afrika-Amerika, yakni satu dari tujuh orang. Dengan kondisi demikian, perlu ada peningkatan kesadaran terhadap kanker tersebut dan pendeteksian secara dini.

Baca Juga

"Kanker prostat tidak menunjukkan gejala sampai kondisinya terlambat, jadi screening amat penting," kata pakar onkologi urologi di University of Pittsburgh Medical Center, Michelle Yu, dikutip dari laman Today, Ahad (8/11).

Kanker prostat berkembang ketika sel-sel dalam prostat, kelenjar reproduksi pria, tumbuh secara tidak normal. Jenis kanker ini sering kali berkembang dengan lambat, namun ketika sudah menyebar akan sulit untuk ditangani.

Gangguan saat buang air kecil atau frekuensi kencing yang meningkat pada malam hari bisa jadi merupakan gejala kanker prostat. Begitu pula jika dijumpai darah dalam urine, nyeri ginjal atau pinggang, berkeringat, kelelahan, penurunan berat badan, dan nyeri tulang.

Yu mengatakan, apabila gejala-gejala itu bermunculan, kemungkinan besar kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Akan tetapi, bisa juga beberapa gejala tersebut disebabkan oleh kondisi lain.

Asisten profesor klinis di University of California San Diego, Rana McKay, menyampaikan kabar baik bahwa deteksi dini melalui screening cukup mudah dan efektif. Pemeriksaan dan deteksi dini itu bisa mempercepat penanganan.

Perempuan yang juga merupakan juru bicara Prostate Cancer Foundation (PCF) itu menginformasikan bahwa tingkat kelangsungan hidup dari kanker prostat adalah 98 persen setelah lima tahun. Tingkat tersebut didapat dari American Cancer Society.

Artinya, mayoritas orang yang didiagnosis dengan kanker prostat tidak memiliki risiko meninggal dunia yang tinggi karena efektivitas pengobatannya. Dokter dapat membantu mengevaluasi risiko dan merekomendasikan waktu terbaik pemeriksaan.

Satuan Tugas Layanan Pencegahan AS merekomendasikan agar pria mengevaluasi kebutuhan mereka untuk pemeriksaan kanker jenis ini pada usia 55 hingga 69 tahun. Sementara ini, pedoman dari organisasi kanker lain merekomendasikan waktu yang lebih awal.

Menurut PCF, screening sebaiknya dilakukan pada usia 40 tahun bagi pria yang keluarganya memiliki riwayat kanker prostat. Pria keturunan Afrika-Amerika yang berisiko lebih tinggi juga dianjurkan memeriksakan diri pada usia 40 tahun.

Usia itu lebih awal dibandingkan rekomendasi American Cancer Society bahwa pria kulit hitam sebaiknya mendiskusikan screening pada umur 45 tahun. Bagi para pria yang tidak masuk dalam kategori berisiko, disarankan melakukan screening pada usia 50 tahun.

Cara kerja screening kanker prostat yakni dengan pemeriksaan rektal digital (DRE). Pada tes tersebut, dokter memasukkan jari yang bersarung tangan ke dalam rektum untuk merasakan adanya penyimpangan pada prostat.

McKay mengingatkan bahwa tes tersebut mungkin tidak nyaman, tetapi durasinya sangat singkat. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar antigen spesifik prostat (PSA).

Kadar PSA naik saat ada masalah dengan prostat, juga akibat infeksi atau kondisi lain. "Hal nomor satu yang dapat dilakukan pria adalah bertanya kepada dokter apakah mereka memenuhi syarat untuk melakukan screening," kata McKay.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement