REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan data, sekitar dua persen orang yang mendonorkan darah ke The American National Red Cross (Palang Merah Amerika) pada musim panas ini dinyatakan memiliki antibodi virus Covid-19. Hal ini menjadi tanda bahwa sangat sedikit orang AS yang terpapar Covid-19.
Melansir theverge, Jumat (18/9), Palang Merah Amerika mulai menawarkan tes antibodi kepada pendonor darah pada awal Juni. Kemudian, mempublikasikan hasil program tersebut di Journal of American Medical Association pada pekan ini.
Palang Merah Amerika menguji kurang dari satu juta pendonor darah untuk antibodi selama musim panas tahun ini. Sekitar 1,18 persen orang yang mendonorkan darah ternyata positif. Kemudian, pada akhir Agustus, sebanyak 2,58 persen orang yang mendonor darah memiliki antibodi.
Melacak jumlah orang dengan antibodi memberikan gambaran bagi peneliti dan pejabat kesehatan tentang seberapa jauh Covid-19 telah menyebar di AS. Banyak pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG) atau tidak dapat dites saat sakit. Dengan demikian, jumlah kasus yang diidentifikasi melalui pengujian rutin tidak mencakup keseluruhan wabah.
Hasil itu serupa dengan survei lain di AS yang menemukan hanya beberapa persen orang di sebagian besar wilayah memiliki antibodi terhadap Covid-19. New York City yang menjadi episentrum wabah, memiliki tingkat antibodi paling tinggi.
Palang Merah Amerika berharap, penelitian tersebut bisa menarik lebih banyak orang mendonorkan darahnya. Pasalnya, sumbangan darah turun pada musim semi dan panas selama pandemi.
Palang Merah Amerika berencana menindaklanjuti donor yang memiliki antibodi untuk melihat perubahan tingkat antibodi seiring waktu. Beberapa penelitian menemukan bahwa tingkat penurunan terjadi secara bertahap, tetapi orang dengan jumlah yang lebih rendah mungkin masih terlindungi dari infeksi di kemudian hari.