Jumat 25 Feb 2022 00:15 WIB

Studi: 90 Persen Penduduk Indonesia Sudah Punya Antibodi Covid-19

Antibodi terbentuk dari terkena infeksi alami dan vaksinasi Covid-19.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nora Azizah
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh FKM UI, Kementerian Kesehatan, dan LBM Eijkman, lebih dari 70 persen populasi masyarakat Indonesia telah memiliki antibodi, walaupun belum pernah dinyatakan positif Covid-19 maupun tervaksinasi.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh FKM UI, Kementerian Kesehatan, dan LBM Eijkman, lebih dari 70 persen populasi masyarakat Indonesia telah memiliki antibodi, walaupun belum pernah dinyatakan positif Covid-19 maupun tervaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan studi yang dilakukan oleh FKM UI, Kementerian Kesehatan, dan LBM Eijkman, lebih dari 70 persen populasi masyarakat Indonesia telah memiliki antibodi, walaupun belum pernah dinyatakan positif Covid-19 maupun tervaksinasi. Kemudian, 90 persen dari populasi yang telah terkena Covid-19 dan tervaksinasi telah memiliki antibodi tersebut.

"Maka, hal ini menunjukkan bahwa kekebalan terhadap virus telah terbentuk dalam masyarakat Indonesia,” kata Pakar Mikrobiologi Universitas Indonesia Prof Amin Soebandrio, PhD, Kamis (24/2/2022).

Baca Juga

Prof Amin mengatakan, varian Omicron yang mulai tersebar pada November 2021 tidak memiliki relasi dengan varian Delta yang muncul pada gelombang kedua. Namun, varian tersebut memiliki jumlah mutasi yang lebih banyak dibandingkan dengan virus-virus sebelumnya sehingga Omicron dapat beradaptasi dengan lingkungan yang menyebabkan penularan terjadi lebih cepat.

Kendati demikian, tidak seluruh mutasi dapat menguntungkan virus. Pada kasus Omicron, justru dengan adanya mutasi tersebut, varian ini tidak menimbulkan morbiditas atau gejala klinis yang berat.

“Pada dasarnya, risiko infeksi memiliki rumus, yaitu keganasan virus dikalikan dengan dosis virus, kemudian dibagi dengan kekebalan. Kekebalan tersebut terbentuk dari vaksinasi maupun infeksi alami ketika seseorang terpapar virus," kata Prof Amin.

Ia memaparkan dengan berkaca dari negara-negara lain, prediksi puncak kasus Covid-19, khususnya varian Omicron, muncul dalam dua sampai tiga bulan sejak kasus pertama terdeteksi. Itu sebabnya diharapkan pola yang sama juga terjadi di Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah perlu memantau pergerakan masyarakat, terutama menjelang bulan Ramadhan dan lebaran untuk mengurangi kerumunan. Apabila hal tersebut berhasil dijalankan bersama upaya-upaya lainnya, maka diperkirakan bahwa Indonesia akan mencapai puncak kasus Covid-19 pada Maret 2022.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement