REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika Anda menderita Covid-19, maka kemungkinan akan memiliki antibodi terhadap infeksi virus SARS-CoV-2 dalam darah. Untuk mengetahui dengan pasti diperlu melakukan tes darah memeriksa antibodi itu.
Sebuah studi baru yang diterbitkan di Science Advances menemukan bahwa tes urine bisa mejadi sampel yang sama efektifnya dalam mendeteksi antibodi anti-SARS-CoV-2. Ketika tesnya akurat, ada baiknya memastikan bahwa seseorang yang benar-benar memiliki Covid-19 mendapat hasil positif, dan mereka yang tidak terinfeksi Covid-19 mendapat hasil tes negatif.
Dalam studi baru, para peneliti mengembangkan tes antibodi berbasis urin yang memiliki sensitivitas lebih tinggi (94 persen) daripada tes antibodi covid berbasis serum (darah) (88 persen). Kedua tes memiliki spesifisitas 100 persen.
Spesialis paru dan perawatan kritis di Northwestern Medicine Comprehensive Covid-19 Center, Marc Sala mengatakan bahwa dua jenis tes antibodi ditemukan sama-sama akurat dalam penelitian, yang menggunakan sampel urin dan darah dikumpulkan pada waktu yang sama dari pasien rawat inap dan non-rawat inap.
Tes antibodi berbasis serum (darah) akurat dan memiliki tingkat komplikasi yang rendah, tetapi tes berbasis urin masih berguna untuk penyedia dan pasien. Dokter keluarga di Solomon Valley Family Medicine, Beth Oller mengatakan tidak seperti sampel darah, urin dapat diambil sendiri oleh pasien dan tidak memerlukan phlebotomist terlatih.
Sampel urin juga sesuai untuk praktik klinis karena lebih mudah ditangani dan disimpan daripada sampel darah. Pengambilan sampel sendiri juga akan membuat tes berbasis urin jauh lebih murah daripada tes darah.
“Secara keseluruhan, ini sangat menarik karena bisa berarti bahwa mungkin ada cara untuk menguji antibodi untuk virus dan infeksi lain dengan cara yang sama,” kata Oller dilansir Very Well Health, Jumat (8/7/2022).
Namun, Oller mengatakan manfaat utama dari tes antibodi covid berbasis urin adalah orang mungkin akan lebih nyaman memberikan sampel urin daripada diambil darahnya, karena kurang invasif. Sala menambahkan bahwa tes urin non-invasif akan membantu anak-anak karena sulitnya mendapatkan sampel darah dari anak-anak.
Meskipun penelitian ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, tetapi tes antibodi covid berbasis urin belum siap dipasarkan saat ini. Menurut Sala, temuan penelitian (yang berasal dari sampel kecil) perlu divalidasi terlebih dahulu dalam kelompok yang lebih besar, karena ada beberapa aspek yang masih belum jelas bagi peneliti.
Misalnya, Sala mengatakan bahwa penyedia perlu mengetahui apakah antibodi dalam urin pasien naik dan turun dari waktu ke waktu dengan pola yang sama (seperti antibodi yang ditemukan dalam darah) atau apakah fungsi ginjal seseorang dapat memengaruhi hasil tes.
Oller menambahkan jika tujuannya adalah membuat tes tersedia secara komersial untuk digunakan di rumah, maka itu perlu mendapatkan otorisasi dari Food and Drug Administration (FDA).Otorisasi penggunaan darurat (EUA) kemungkinan akan dikeluarkan terlebih dahulu. Tes urin juga dapat dilakukan untuk pengujian di tempat perawatan di laboratorium, klinik berjalan, atau kantor penyedia.
“Secara keseluruhan, ini sangat menarik karena bisa berarti bahwa mungkin ada cara untuk menguji antibodi untuk virus lain dan infeksi dengan cara yang sama,” ujar Oller.