REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seekor paus orca sempat menjadi sorotan dunia internasional karena berenang sambil membawa bayinya yang sudah mati selama lebih dari dua pekan di Pantai Barat Laut Pasifik pada 2018. Kini, paus orca tersebut dikabarkan sudah memiliki anak lagi.
Kabar ini disampaikan oleh Centre for Whale Research. Lembaga riset tersebut mengungkapkan bahwa bayi paus orca itu terlihat pada Sabtu di kawasan paus pembunuh yang terancam punah. Induk bayi paus orca teridentifikasi sebagai J35 atau Tahlequah.
Centre for Whale Research mengungkapkan bahwa bayi orca atau paus pembunuh tersebut tampak sehat. Dia berenang dengan bebas bersama induknya dua hari setelah lahir.
Peneliti memperkirakan bayi tersebut lahir pada 4 September lalu, karena sirip punggungnya tampak tegak. Sirip membutuhkan waktu sekitar satu atau dua hari untuk menjadi lurus setelah tertekuk selama di dalam rahim. Selain itu, Tahlequah juga tampak belum melahirkan pada 3 September.
Bayi baru Tahlequah diberi nama J57, huruf J berasal dari nama kelompok paus orca. Saat ini ada tiga kelompok paus orca yang tinggal di perairan selatan.
Ketiga kelompok paus orca tersebut diberi nama J, K, dan L. Total paus orca yang tercatat saat ini dari ketika kelompok paus tersebut adalah 73 ekor paus orca.
Selain Tahlequah yang baru melahirkan, kelompok paus orca J juga memiliki satu anggota yang juga sedang hamil. Per 3 September lalu, paus tersebut belum melahirkan. Laporan ini telah disampaikan melalui Canadian Press pada 6 September 2020.
Seperti dilansir Huffington Post, Tahlequah sempat mendapatkan sorotan internasional kerena aksi menyentuhnya. Tahlequah tampak menggunakan kepalanya untuk membawa bayinya. Akan tetapi, bayi Tahlequah pada saat itu hanya bertahan setengah jam saja sebelum akhirnya mati.
Meski sang bayi sudah tidak bernyawa, Tahlequah tetap membawa bangkainya di permukaan samudera selama 17 hari. Tahlequah berenang sambil membawa bayinya yang sudah tiada hingga sejauh 1.600 kilometer dari rumahnya.
Banyak kehamilan paus orca yang mengalami kegagalan. Selain itu, tingkat kematian paus orca muda juga mencapai sekitar 40 persen. Akan tetapi, tim peneliti berharap bayi baru Tahlequah bisa bertahan dan tumbuh dengan baik.
Salah satu alasan tingginya tingkat kematian paus orca muda adalah masalah nutrisi. Beberapa makanan yang disukai paus orca adalah salmon, khususnya chinook.
Centre for Whale Research migrasi salmon ke tempat bertelur tidak begitu baik tahun ini. Hal ini membuat paus orca juga jarang berkelana ke tempat yang biasanya menjadi habitat inti mereka di Laut Salish.