REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika remaja cenderung lebih tahan terhadap infeksi Covid-19, anak-anak mungkin lebih rentan terhadap penyakit sekunder yang memicu kerusakan langka pada otak. Sindrom ini dikenal sebagai sindrom inflamasi multisistem pada anak (MIS-C).
Sindrom MIS-C memiliki gejala mirip dengan sindrom Kawasaki yang menyebabkan pembengkakan di arteri di seluruh tubuh. Merujuk pada studi terbaru dari Inggris ditemukan bahwa beberapa pasien anak dengan Covid-19 telah mengembangkan MIS-C, suatu kondisi di mana semua bagian tubuh bisa meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, dan organ pencernaan.
Beberapa anak dengan respons inflamasi multisistem langka terhadap Covid-19 juga mungkin mengalami gejala neurologis. Gejala-gejala neurologis termasuk ensefalopati (gangguan fungsi otak), sakit kepala, dan kelemahan otot. Usia rata-rata pasien adalah 12 tahun.
Dalam studi tersebut, 27 anak-anak di Rumah Sakit Great Ormond Street di London, Inggris menunjukkan gejala MIS-C yang berhubungan dengan infeksi virus corona dan empat anak mengalami efek neurologis tanpa gejala pernapasan. Para peneliti di Inggris menerbitkan temuan mereka pekan lalu di JAMA Neurology.
Merujuk pada hasil studi, peneliti menemukan adanya lesi atau jaringan abnormal pada otak anak. Peneliti pun menyarankan agar dokter menambahkan infeksi SARS-CoV-2 ke dalam daftar diagnosis anak-anak yang menunjukkan gejala neurologis baru.
Melansir Fox News, Rabu (8/7) dilaporkan bahwa keempat pasien memerlukan ventilasi mekanik dan harus dirawat di unit perawatan intensif. Dua pasien sepenuhnya pulih dan dipulangkan dari rumah sakit dalam waktu kurang dari satu bulan.
Sementara itu, dua pasien lainnya masih menjalani rawat inap, ketika penelitian ini diterbitkan. Kedua pasien tersebut membutuhkan kursi roda karena mengalami kelemahan fungsi otot tungkai bawah.