REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei ang dilakukan oleh Tiga Generasi mengungkap bahwa 99 persen orang tua mengganggap kebahagiaan adalah hal yang penting. Survei tersebut dilakukan kepada 1.434 orang tua di Indonesia.
Di lain sisi, psikolog anak dari Tiga Generasi Ayoe P Sutomo MPsi, mengatakan, survei yang sama menyibak bahwa sebanyak 93 persen orang tua belum memprioritaskan kebahagiaan dalam proses tumbuh kembang anak. Kebahagiaan anak masuk dalam prioritas keempat dibanding hal-hal lainnya.
Selain itu, Ayoe menyebutkan bahwa hasil survei menunjukkan 75 persen orang tua menilai anak yang bahagia adalah anak yang tersenyum, selalu ceria, dan tertawa. Sebanyak 66 persen orang tua mengatakan, sumber kebahagiaan anak adalah orang tuanya.
Menurut Ayoe, bila anak tumbuh besar dengan bahagia, banyak manfaat yang didapatkan oleh anak juga orang tuanya. Anak menjadi lebih mudah diajak bekerja sama dan menjadi sangat kooperatif. Anak pun cenderung lebih memiliki empati dan berpola pikir positif.
"Anak bahagia juga lebih mudah menjadi pribadi yang lebih mudah bersosialiasi,” ujarnya dalam teleconference yang diselenggarakan oleh Nestle Lactogrow belum lama ini.
Berdasarkan beberapa jurnal ilmiah, menurut Ayoe, anak yang bahagia juga memiliki motivasi belajar yang tinggi. Anak bahagia juga mempunyai korelasi positif untuk menjadi lebih terasah spiritualitasnya.
"Anak yang memiliki masa kecil bahagia juga akan tumbuh menjadi dewasa yang bahagia juga sehat mental," kata Ayoe.
Menurut Ayoe, anak memiliki tugas utama bermain dan belajar. Andaikan mereka tidak bahagia, maka motivasi untuk melakukan aktivitas utamanya akan menurun.
Anak yang tidak bahagia juga berpotensi mengalami masalah emosi dan perilaku. Kalau tidak mendapatkan penanganan tepat sedini mungkin, maka dapat menyebabkan depresi pada anak.
Dalam jangka panjang, anak yang tidak bahagia cenderung mengalami obesitas. Selain itu, anak sulit menghadapi tantangan karena tidak memiliki motivasi dalam diri.
Anak yang bahagia juga bisa memiliki gangguan mental. Ayoe mengingatkan bahwa kemampuan dan ketahanan mental itu sangat mendasar.
"Bila orang tua ingin anak mencapai apa yang ingin didapat di masa depan, secara mental anak harus kuat dan memiliki daya juang,” ujar Ayoe.