Jumat 06 Mar 2020 15:07 WIB

Ayana Jihye Moon Rela Tinggalkan Kemapanan demi Islam

Perjalanan Ayana memeluk dan mempertahankan Islam sangat tidak mudah.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nora Azizah
Mualaf asal Korea Selatan, Ayana Jihye Moon, mengungkapkan, dirinya sangat nyaman tinggal di Indonesia daripada negara kelahirannya (Foto: mualaf Ayana Jihye Moon)
Foto: Instagram @xolovelyayana
Mualaf asal Korea Selatan, Ayana Jihye Moon, mengungkapkan, dirinya sangat nyaman tinggal di Indonesia daripada negara kelahirannya (Foto: mualaf Ayana Jihye Moon)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mualaf asal Korea Selatan, Ayana Jihye Moon, memiliki ujian yang tak mudah saat awal memeluk Islam. Penolakan dari keluarga dan tekadnya mendalami Islam sempat membuat Ayana merasa sendirian.

Ayana tumbuh besar dalam keluarga yang mapan dan berkecukupan. Sejak ia kecil, keluarganya bisa memenuhi semua kebutuhannya.

Baca Juga

Setelah memeluk Islam, orang tuanya sangat menentang pilihan Ayana. Alasannya, mereka khawatir Ayana harus melepas banyak hal demi memilih imannya itu. Namun, tekad Ayana sudah bulat.

Perempuan berusia 24 tahun itu mengatakan, masuk Islam bukanlah tujuan akhirnya, melainkan titik permulaan. Setelah masuk Islam, Ayana ingin mengetahui banyak hal.

Namun, ambisinya memahami Islam memang tidak terpenuhi di Korea Selatan. Kemudian, Ayana berhijrah ke negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, yakni Malaysia. Untuk mewujudkan keinginannya itu, Ayana mulai kerja paruh waktu.

Keputusannya itu tentu sangat tidak didukung orang tuanya. Tak hanya marah, orang tuanya bahkan tidak mendukung secara finansial. Hal ini membuat Ayana harus bekerja di restoran sampai menjadi tutor untuk mengumpulkan uang.

“Sejak kecil, saya hidup mapan, tapi saya harus pergi ke Malaysia sendiri tanpa support keluarga,” kata Ayana, ditemui belum lama ini di Jakarta.

Setibanya di Malaysia, Ayana mengalami banyak hal berbeda dari yang dibayangkan. Ia harus menahan diri agar tidak kehabisan uang. Karena tak bisa berkonsentrasi penuh, Ayana gagal dalam studinya. Untuk pertama kali dalam hidup, Ayana menghadapi tekanan finansial dan emosional.

The hardest moment saya adalah ketika miskin. Jadi, saya harus berhenti berharap,” ujar dia.

Meskipun sedang mengalami kesulitan, Ayana tak ingin orang tuanya tahu. Saat itulah Alquran membuat hatinya teduh. Ayana menemukan satu ayat berbunyi, “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS al-Insyirah: 6).

Ayana belum mengerti makna ayat tersebut. Namun, dia berusaha menerima keadaan dan terus optimistis. Hampir setahun setelah pindah ke Malaysia, ibunya datang mengunjungi.

“Alhamdulillah mama hadir,” kata dia.

Saat lelah dengan keadaan itu, Ayana memutuskan berlibur ke Indonesia. Beberawa waktu sebelum berangkat, Ayana mendapat undangan wawancara salah satu stasiun televisi. Dalam semalam, wawancara Ayana itu viral di media sosial, termasuk Indonesia.

Meskipun mendapat ujian seperti itu, Ayana yang lahir dari keluarga berada tetap memilih Islam. Ketika memiliki banyak uang, Ayana sadar bahwa uang bukan segalanya. Islam justru membuatnya merasa damai.

“Kedamaian dari Islam, tak ada yang bisa mengalahkan itu,” ujar Ayana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement