Rabu 05 Feb 2020 11:14 WIB

RS Kanker Dharmais Luncurkan Metode Baru Cegah Serviks

Metode skrining Hybrid Capture DNA HPV deteksi lebih baik dari IVA dan papsmear

Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Prof dr H Abdul Kadir. Metode skrining Hybrid Capture DNA HPV deteksi lebih baik dari IVA dan papsmear
Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Prof dr H Abdul Kadir. Metode skrining Hybrid Capture DNA HPV deteksi lebih baik dari IVA dan papsmear

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rumah Sakit Kanker Dharmais melaporkan setiap tahun sekitar 14 ribu wanita didiagnosis menderita kanker serviks dan lebih dari 7.000 perempuan meninggal akibat kanker serviks di Indonesia.  Berarti dalam setiap 1 jam terdapat 1 orang wanita di Indonesia yang meninggal akibat kanker serviks.

Oleh karena itu, Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Prof dr H Abdul Kadir menyatakan agar wanita usia antara 30 hingga 50 tahun melakukan skrining kanker serviks secara berkala. Hal agar terhindar dari kanker serviks.

"Semua wanita yang sudah berhubungan seksual memiliki resiko terkena kanker serviks. Akan tetapi setiap wanita tersebut juga dapat mencegahnya dengan melakukan skrining kanker serviks," ujar dia, berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (5/2).

RS Kanker Dharmais mendukung program Pemerintah dalam mencegah resiko terjadinya kanker serviks. Khususnya menurunkan angka insiden akibat kanker serviks dengan mencanangkan penggunaan metode terbaru skrining kanker seviks.

Dengan metode terbaru skrining Hybrid Capture DNA HPV ini maka dapat mendeteksi adanya DNA Human Papiloma Virus yang merupakan penyebab kanker serviks bahkan sebelum terjadinya kanker.

Dengan demikian akan menurunkan angka kejadian kanker serviks dan menurunkan biaya pengobatan. Tes HPV DNA telah terbukti dapat menurunkan angka insiden kanker serviks secara signifikan dibandingkan IVA dan Papsmear.

Selain itu, metode HPV DNA HC2 yang memiliki akurasi sangat tinggi sampai 96 persen ini ternyata biayanya jauh lebih ekonomis dalam penggunaan per lima tahun dibandingkan metode lama papsmear yang akurasinya hanya 60 persen hingga 80 persen. WHO  pun merekomendasikan tes HPV DNA skrining dengan IVA dan papsmear.

"Jika menggunakan metode HPV DNA HC2  cukup setiap lima tahun sekali, sedangkan dengan papsmears harus setiap tahun," ungkap dia. Pernyataan ini didukung oleh Direktorat Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesa karena merupakan bagian dari program Pencegahan kanker Serviks.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement