REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Anna Wintour, seorang editor Vogue Amerika yang selama ini terkenal sebagai orang paling berpengaruh di dunia mode mengatakan jangan pernah membuang pakaian-pakaian yang sudah dimiliki saat ini. Ia mengajak untuk menyimpannya dengan baik, agar kelak dapat digunakan oleh generasi selanjutnya.
Menurut Wintour, saat ini harus tercipta budaya keberlanjutan dalam industri mode dunia dan berkurangnya sesuatu yang dibuang. Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, perempuan berusia 70 tahun ini mengatakan dunia sedikit terlambat untuk mengejar keragaman dan inklusivitas di bidang ini,
Wintour juga mengatakan terlepas dari meningkatnya pengaruh para influencer di media sosial, Vogue tetap akan menjadi patokan bagi para pecinta mode. Ia menlihat saat ini telah banyak sejumlah merek mode ternama dunia yang peduli dengan lingkungan dan berusaha menarik para konsumen muda yang mendukung itu, sehingga budaya membuang itu akan dapat dihindari.
Perempuan yang telah menjadi pemimpin redaksi Vogue Amerika selama lebih dari 30 tahun itu mengatakan bahwa para pecinta mode harus merawat pakaian mereka dengan baik dan menyimpan untuk generasi selanjutnya. Karena itu, Wintour mendorong agar orag-orang akan semakin kreatif dan menyingkirkan gagasan untuk memilih mode yang mungkin hanya dapat digunakan untuk sekali pakai.
“Saya pikir ini berarti perhatikan lebih kepada kerajinan dan kreativitas, serta hanya sedikit untuk gagasan sekali pakai, hal-hal yang akan Anda buang setelahnya. Ini berbicata kepada audiens dan pembaca kami tentang pakaian yang Anda miliki dan mungkin dapat diberikan lagi kepada putra putri Anda,” ujar Wintour, dilansir dari Channel News Asia, Jumat (29/11).
Dalam sebuah laporan oleh konsultan manajemen McKinsey & Company pada 2016, disebutkan bahwa output pakaian global meningkat dua kali lipa antara pada 2000 dan 2014. Jumlah pakaian yang dibeli setiap tahunnya oleh masing-masing orang tercatat melonjak hingga 60 persen.
Pernyataan Wintour kali ini tentu akan sangat mempengaruhi dunia mode yang selama ini sangat melakat kepadanya. Perempuan kelahiran 3 November 1949 di Inggris ini telah lama menjadi sosok utama dalam berbagai pertunjukan mode yang terkenal.
Bahkan, The Devil Wears Prada, sebuah film pada 2006 yang berlatar belakang dunia mode dan meceritakan kisah tentang seorang editor majalah mode yang sangat berpengaruh bernama Miranda Priestly diyakini terinspirasi oleh sosok Wintour. Meski sejumlah pakaian dan aksesoris dari desainer dan jenama ternama ikut berkontribusi untuk film ini, namun sebagian besar menghindari untuk tampil secara langsung karena khawatir membuat Wintour merasa tidak nyaman.
Wintour mengatakan meski pengaruh dari influencer sangat berkembang, namun mereka tidak pernah bisa menyamai jangkauan Vogue. Ia mengatakan bahwa majalah mode tersebut tetap akan menjadi influencer terbesar secara global.
"Secara global Vogue memiliki 127 juta pengikut dan saya pikir Vogue adalah influencer terbesar dari mereka semua dalam skala global,” jelas Wintour.