REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pencegahan terbaik kanker paru adalah dengan menjauhi faktor risiko terbesar yaitu rokok. Baik perokok aktif maupun pasif sama-sama berisiko terkena kanker paru.
"Kanker paru-paru bisa dicegah, caranya dengan menjauhi faktor risiko terbesar yaitu rokok. Ini termasuk hindari rokok elektrik (vape)," ujar Wakil Ketua bidang Hubungan Luar Negeri Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Sita Laksmi Andarini saat acara bertema "Kanker Paru ALK+: Kenali, Periksa, Tangani Bersama", di Jakarta, Kamis (28/11).
Di satu sisi ia mengakui, seringkali orang yang menyadari bahaya rokok tembakau kemudian beralih menghisap vape. Padahal, ia menyebutkan pihaknya pernah mengambil urine perokok elektrik dan hasilnya nikotinnya lebih tinggi dibandingkan perokok tembakau. Ia mengakui prevalensi perokok konvensional di Indonesia masih tinggi.
Sita mengutip laporan organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa 67,4 persen laki-laki usia dewasa muda di Indonesia merokok. Artinya, tujuh dari 10 pria yang ada menjadi perokok.
"Diprediksi jumlah perokok akan terus meningkat hingga 2025 yaitu sampai 79 persen," ujarnya.
Tak heran, ia menyebutkan prevalensi kasus penyakit ini terus meningkat. Ia menyebut tadinya prevalensi kanker paru-paru masih nomor delapan secara global.
Kemudian semenjak 2010 lalu prevalensi penyakit ganas ini naik menjadi peringkat lima setelah jantung, stroke, penyakit pulmonari obstruktif kronis (PPOK), dan pneumonia.
"Bahkan kasus kanker paru di indonesia menduduki peringkat nomor satu pada lai-laku karena tingginya angka perokok aktif di kalangan pria usia muda di Indonesia," katanya.