REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vitiligo merupakan penyakit hilangnya warna kulit yang kerap ditandai dengan munculnya bercak-bercak berwarna putih susu di kulit. Dalam kasus vitiligo universalis, hampir seluruh permukaan kulit bahkan akan tampak berwarna putih susu.
Apakah kondisi ini berkaitan dengan albino atau penyakit albinisme?Jawabannya adalah tidak.
Anggapan bahwa vitiligo dan penyakit albinisme berkaitan hanyalah mitos belaka. Vitiligo dan penyakit albinisme merupakan dua penyakit yang sangat berbeda.
Perbedaan mendasar antara vitiligo dan penyakit albinisme ada pada sel melanosit di kulit. Sel melanosit merupakan sel yang bertugas untuk menghasilkan pigmen bernama melanin, pigmen yang berperan dalam menentukan warna kulit hingga rambut seseorang.
Bercak putih yang muncul pada vitiligo disebabkan oleh rusaknya sel-sel melanosit di area kulit tersebut sehingga tidak ada. Hal ini tidak terjadi pada kasus penyakit albanisme.
"Pada albino, sel melanositnya ada tapi tidak punya kapasitas untuk membuat pigmen," tutur spesialis kulit dan kelamin senior dari Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Pramudia dr Ronny Handoko SpKK FINSDV FAADV, di Jakarta.
Senada dengan Ronny, spesialis kulit dan kelamin dari Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Pramudia dr Dian Pratiwi SpKK(K) FINSDV FAADV juga mengungkapkan bahwa vitiligo merupakan penyakit yang berbeda dan terpisah dari penyakit albinisme. Di dunia, menurut Dian, prevalensi vitiligo diperkirakan sebesar 0,5-2 persen.
"Kesempatan mendapatkan vitiligo (antara laki-laki dan perempuan) sama," jelas Dian.
Dian mengatakan, sebanyak 70-80 persen kasus vitiligo mulai muncul pada usia 10-30 tahun. Akan tetapi, ada juga beberapa kasus vitiligo yang muncul lebih dini di bawah usia 12 tahun.
Saat ini, masih ada stigma negatif yang disematkan masyarakat kepada orang-orang dengan vitiligo. Tak sedikit yang meyakini bahwa orang-orang harus memalingkan muka bila berdekatan dengan penderita vitiligo agar tidak tertular.
"Vitiligo tidak mengancam jiwa, tidak menular," ungkap Dian.
Vitiligo merupakan penyakit yang tidak bisa benar-benar disembuhkan. Akan tetapi ada beberapa modalitas terapi yang bisa dilakukan untuk menghentikan progresivitas penyakit, mengembalikan warna kulit atau repigmentasi dan menstabilkan penyakit vitiligo. Beberapa di antaranya adalah terapi topikal, terapi sinar, dan terapi sistemik.