Rabu 25 Sep 2019 07:42 WIB

Mengenal Istilah dan Jam Minum Teh

'High Tea' dan 'Afternoon Tea' memiliki makna yang berbeda.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Menikmati minuman teh
Foto: Youtube
Menikmati minuman teh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah kita sudah memahami makna minum teh dengan tepat agar nikmat? Bagi masyarakat Amerika, High Tea dirasa lebih baik daripada Afternoon Tea.

High Tea terdengar seperti sesuatu yang pantas untuk memberikan semangat. Sementara Afternoon Tea terdengar seperti secangkir teh Lipton biasa, yang dapat diminum di kursi goyang ruang keluarga kita.

Baca Juga

Inggris menjadi negara dimana dua istilah itu berasal. Namun masyarakat Inggris menganggap Afternoon Tea adalah saat yang pas untuk mengisi waktu bersantai.

Nama High Tea bukan dimaksudkan teh untuk kalangan atas, tetapi merujuk pada fakta bahwa teh dinikmati secara tradisional. Misalnya, teh diminum saat berkumpul di sekitar meja bar atau saat duduk di meja makan, bukan di kursi atau sofa mewah.

Melansir dari laman The Salt, Rabu (25/9), High Tea berasal dari kelas pekerja. Pekerja pabrik dan buruh operator seringkali tidak diberi istirahat makan siang, hal ini membuat mereka kelaparan seusai bekerja.

Mereka kemudian bergegas keluar dari tempat kerja untuk mencari makan. Biasanya mereka akan minum teh, bersama dengan makanan cepat saji, seperti pai gurih ala Inggris, potongan daging dingin, keju, dan hidangan panas lezat lainnya.

High Tea juga disebut Meat Tea yang lahir dari kebiasaan tersebut. Pada era ini, High Tea masih terus dilakukan dan biasanya berlangsung selama berjam-jam seusai jam kerja, yakni antara pukul lima sore hingga pukul tujuh malam.

Sedangkan untuk Afternoon Tea, laman The Salt mengutip buku Bruce Richardson ‘A Social History of Tea’. Buku itu mengatakan, awal mulanya adalah ketika seorang perempuan bangsawan, Anna Maria Russell dari Bedford, yang merasa kelaparan antara waktu makan siang dan makan malam.

Dia meminta stafnya untuk menyiapkan kudapan sekitar pukul tiga sore, dimana saat itu adalah waktu yang tanggung untuk membangkitkan nafsu makan siang. Tetapi masih terlalu awal untuk memulai makan malam.

Akhirnya dia memutuskan untuk meminum teh dan memakan makanan ringan seperti omelette atau sandwich salmon asap dan kue scone berukuran kecil, dan kue kering. Perempuan bangsawan itu mengundang teman-temannya untuk ikut Afternoon Tea dengannya setiap hari.

Setelah berita itu menyebar tentang hobi baru ningrat Downton Abbey-esque ini, semua orang ingin menikmati kesenangan terbaru itu. Afternoon Tea lantas dianggap hal yang modis untuk dilakukan di sore hari.

Berlawanan dengan High Tea, hobi cendekiawan itu pada masa ini justru kadang disebut Low Tea. Istilah ini muncul karena hobi perempuan dan pria kelas atas akan menyesap teh mereka dari cangkir porselen, sambil duduk di sofa berukuran low (rendah) yang nyaman.

Bermula dari kebiasaan cendekiawan, maka sopan santun adalah hal yang paling penting sebagai bagian dari Afternoon Tea. Cara menikmati teh pun berbeda dan lebih berkelas.

Letakkan serbet di pangkuan, aduk teh kita dengan lembut, dan makanlah kudapan dengan manis. Apapun yang dilakukan harus menghindari membengkokkan kelingking saat menyesap teh. Karena jika tidak melakukan sopan santun itu, kita akan dianggap sebagai orang yang sombong.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement