REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Teh merupakan minuman yang begitu populer di Inggris, bahkan sebagian besar masyarakatnya memilih teh sebagai pelengkap sarapan mereka. Namun, ketika Badai Ciaran menghantam Inggris pada November 2023, para ilmuwan menemukan konsekuensi baru yang mengejutkan dari cuaca ekstrem yaitu rasa teh yang tidak enak.
Para peneliti dari University of Reading mengatakan jutaan orang terpaksa meminum teh dengan rasa yang hambar. Jadi, apa sebenarnya hubungan antara siklon ekstra tropis dengan rasa teh? Studi yang diterbitkan dalam jurnal Weather menunjukkan bahwa tekanan rendah dari badai tersebut mengubah titik didih air di wilayah tersebut. Akibatnya, teh menjadi kurang nikmat karena air mulai mendidih 2 derajat Celsius lebih cepat dari seharusnya.
“Seperti kebanyakan orang Inggris, saya membutuhkan secangkir teh pada pagi hari. Meskipun saya tahu bahwa titik didih air bervariasi dengan tekanan atmosfer, saya tidak menyangka bahwa badai akan membuat suhu air mendidih di luar kisaran yang direkomendasikan untuk menyeduh teh yang ideal. Cuaca dapat memiliki efek yang tidak kentara,” kata Giles Harrison, seorang profesor di University of Reading dan penulis utama penelitian ini, dilansir Study Finds, Kamis (15/8/2024).
Ketika Badai Ciaran menghantam Inggris bagian selatan pada pagi hari tanggal 2 November 2023, para ahli meteorologi di Reading bergegas mengukur titik didih air. Perubahan tekanan udara, seperti yang dialami oleh para pendaki gunung di dataran tinggi, dapat memengaruhi suhu didih. Namun, Badai Ciaran membawa peluang baru untuk mempelajari efek tekanan udara terhadap titik didih air di wilayah yang lebih luas.
“Badai Ciaran membuat perhatian tertuju pada angin dan hujan yang menghantam Inggris. Sebagai seorang eksperimentalis, saya melihat peluang untuk melakukan beberapa pengukuran sifat-sifat air mendidih selama tekanan atmosfer rendah,” ujar Caleb Miller, seorang mahasiswa PhD di University of Reading dan salah satu penulis penelitian ini.
Tim mengumpulkan data cuaca dan pembacaan tekanan dari berbagai sumber, seperti University of Reading Atmospheric Observatory dan stasiun cuaca di seluruh Inggris Selatan. Data tersebut membantu para peneliti melacak bagaimana perilaku badai selama jam-jam sarapan normal. Dalam serangkaian eksperimen terkontrol, tim juga memasang sensor suhu dan ketel listrik untuk membandingkan titik didih dalam kondisi tekanan udara yang berbeda.
Badai Ciaran menghasilkan tekanan rendah yang memecahkan rekor di seluruh wilayah Inggris Selatan. Hal ini berarti titik didih air berada di bawah 100 derajat Celcius yang dibutuhkan untuk membuat secangkir teh yang ideal. Titik didih air pada pagi itu adalah 98 derajat Celsius.
“Alasan mengapa hal ini sangat penting adalah karena air yang mendidih di bawah kisaran suhu normal ini tidak dapat mengekstrak rasa penuh dari daun teh. Hal ini menyebabkan banyak orang di seluruh Inggris mendapatkan teh yang hambar,” kata Harrison.
Para pakar teh menganggap suhu penyeduhan yang ideal adalah antara 100 derajat Celsius. Orang-orang yang menghadapi Badai Ciaran mungkin merasa ada sesuatu yang tidak beres ketika mereka bangun untuk minum teh pagi mereka, meskipun mereka mungkin tidak dapat menjelaskan alasannya saat itu.
“Penelitian ini memecahkan misteri ini dan mengumpulkan lebih banyak bukti tentang hubungan antara tekanan udara dan suhu didih. Saat badai besar melanda, selain bisa menyebabkan banjir dan kerusakan properti, namun juga merusak kenikmatan merusak sarapan Anda,” kata Harrison.