Ahad 22 Sep 2019 06:28 WIB

AS Investigasi 530 Penghisap Vape Masuk RS

Ditemukan kantong minyak di paru-paru penghisap vape.

Rep: Febryan A/ Red: Indira Rezkisari
Vape dengan perasa sudah mulai dilarang penjualannya di sebagian negara bagian Amerika. Juga dilarang di Jepang dan India.
Foto: AP
Vape dengan perasa sudah mulai dilarang penjualannya di sebagian negara bagian Amerika. Juga dilarang di Jepang dan India.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) mulai menginvestigasi penyebab utama sakit paru-paru yang diderita 530 orang penghisap vape di negeri Paman Sam itu. Hasil investigasi sementara oleh tim yang diisi sejumlah ilmuan itu mendapati adanya semacam kantong minyak di paru-paru sejumlah korban. Kantong minyak itu menyumbat sel yang berfugsi untuk menghilangkan kotoran di paru-paru.

Salah satu anggota tim investigasi, Dr. Dana Meaney-Delman, mengatakan pihaknya saat ini sedang mencari tahu penyebab kantong minyak itu muncul. Jawabannya, kata dia, akan membantu menjelaskan penyakit paru-paru pada penghisap vape yang telah menewaskan tujuh orang itu.

Baca Juga

"Kami kini sedang berupaya meminta bantuan ahli dari laboratorium lain untuk ikut mengidentifikasi minyak yang muncul tersebut," kata Meaney-Delman kepada Reuters, Ahad (22/9).

Sekelompok peneliti dilaporkan telah bersedia membantu investigasi tim dari CDC itu. Mereka telah mengumpulkan sampel minyak di paru-paru pada penghisap vape lainnya yang belum menderita sakit paru-paru.

Mereka menduga minyak itu adalah endapan dari residu-residu akibat menghisap minyak dalam cairan vape. Minyak tersebut mengandung vitamin E astetat ataupun tetrahydrocannabinol (kandungan yang juga ditemukan dalam ganja).

Sejumlah peneliti lainnya juga menduga minyak yang muncul dalam paru-paru itu adalah respons alami tubuh ketika berinteraksi dengan zat kimia dalam cairan vape. Para peneliti ini berteori bahwa bahan kimia vape itu merusak kekebalan tubuh lalu membuat penghisapnya rentan terserang gangguan pernapasan.

Teori tersebut adalah hasil penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Investigation awal bulan ini. Teori itu muncul setelah mereka melakukan percobaan pada tikus.

Sejumlah tikus yang terpapar pelarut yang digunakan cairan vape (aerosol propilen glikol dan gliserin nabati) ternyata juga ditemukan minyak yang menyumbat sel-sel kekebalan tubuhnya. Tikus-tikus itu juga memiliki gangguan sistem kekebalan dibandingkan dengan tikus yang tidak terkena larutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement