REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Gundala akan segera ditanyakan secara serentak pada Kamis (29/8). Meski film besutan sutradara Joko Anwar itu bercerita tentang aksi seorang jagoan khas Indonesia, tapi dalam proses produksinya tidak sama sekali menggunkan teknologi green screen sebagaimana film laga produksi luar negeri.
"Kalau luar negeri ambil gambar pakai green screen, tapi kita kalau mau adegan di pabrik ya cari pabrik benaran, kalau pasar ya pasar benaran," kata Joko dalam konferensi pers usai media screening film Gundala di Epicentrum, Jakarta Selatan, Rabu (28/8).
Joko mengatakan, film yang proses produksinya hingga dua tahun itu tak menggunakan green screen lebih karena tidak tersedianya teknologi semacam itu di Indonesia untuk sebuah adegan yang membutuhkan ruangan yang besar. "Ruangan yang besar dan kedap suara untuk green screen itu tidak ada di Indonesia," ucapnya.
Sehingga film yang merupakan bagian pertama dari serial jagoan Jagat Sinema Bumilangit itu harus melakukan proses pengambilan gambar secara nyata. Setidaknya, kata Joko, terdapat 70 lokasi pengambilan gambarnya.
Memang sejumlah adegan dalam film Gundala menampilkan aksi laga di ruang terbuka yang cukup luas seperti pasar dan pabrik. Dengan tidak memakai teknologi green screen, adegan yang ditampilkan lebih nyata. Suasana ketegangan pun lebih terasa bagi penonton.
Film Gundala merupakan film pertama dari delapan serial film Jagat Sinema Bumilangit. Gundala dibintangi oleh Abimana Aryasatya, Bront Palarae, Tara Basro, Ario Bayu dan sejumlah aktor kenamaan lainnya.
Ceritanya diambil dari komik Indonesia itu diharapkan dapat memperlihatkan kepada generasi baru bahwa Indonesia mempunyai karakter jagoan yang layak dibanggakan. Joko menyebut, Gundala adalah sebuah film jagoan yang bisa dinikmati semua kalangan.