REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara Joko Anwar kembali dengan film terbaru Pengepungan di Bukti Duri. Sinema berlatar Indonesia tahun 2027 ini penuh gejolak sosial.
Mengusung isu diskriminasi, kekerasan, dan kerusuhan rasial, film ini berhasil menyuguhkan gambaran distopia yang terasa relevan dengan kondisi Indonesia. Selama 109 menit, film Pengepungan di Bukit Duri menyajikan cerita yang gelap dan intens. Aksi dan ketegangan dibangun perlahan namun meyakinkan, sehingga membuat penonton terasa ikut diteror dan terancam.
Dikemas dengan genre drama-thriller, Pengepungan di Bukit Duri adalah kritik sosial yang tak bisa disepelekan. Film ini tidak hanya mengangkat realitas negara yang memiliki sejarah kelam, namun juga menggambarkan suramnya masa depan generasi muda kala tumbuh di tengah pemerintahan dan sistem yang gagal.
Film ini mengangkat kisah karakter Edwin (diperankan Morgan Oey) yang merupakan etnis Tionghoa dan berprofesi sebagai guru. Edwin datang ke SMA Duri dengan niat sederhana yakni mengajar dan mencari keponakannya yang hilang. Namun apa yang ia hadapi justru jauh dari kata damai.
Sekolah yang dipenuhi siswa-siswi buangan itu mendadak berubah menjadi zona konflik saat kerusuhan sosial meledak. Morgan yang juga berdarah Tionghoa berhasil menghidupkan peran Edwin dengan sangat baik. Ia mampu menunjukkan intensitas emosional dan ketegangan psikologis sebagai seorang korban diskriminasi, yang kemudian harus menjadi pendidik di SMA Duri.
Selain Morgan, aktor Omara Naidra Esteghlal juga mencuri perhatian lewat karakter Jefri, salah seorang siswa di SMA Duri yang menjadi tokoh sentral. Melalui tatapan, gestur, dan nada bicara, Omara sukses membuat penonton merasakan amarah dan dendam yang membuncah dari karakter Jefri.
Dengan ketegangan yang tetap terjaga hingga akhir film, Joko Anwar secara cerdas menyisipkan refleksi sosial yang mendalam. Melalui film ini, Joko Anwar mengatakan ia berupaya merespons situasi terkini Indonesia utamanya terkait isu kekerasan dan urgensi pembenahan pendidikan.
“Jika kita semua tak bersuara untuk melakukan pembenahan. Kekerasan-kekerasan yang terjadi di film ini mungkin saja akan benar-benar terjadi pada tahun 2027. Maka dari itu, lewat film ini harapannya bisa menjadi pemantik diskusi bersama untuk kemudian kita sembuhkan trauma masa lalu dan membenahi bangsa kita bersama,” kata Joko Anwar dalam konferensi pers seusai press screening di XXI Epicentrum Jakarta, Kamis (10/4/2025).
Tidak hanya Morgan dan Omara, film ini juga dibintangi Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, dan Landung Simatupang. Film Pengepungan di Bukit Duri adalah produksi bersama studio Hollywood Amazon MGM Studios dan Come and See Pictures, yang menjadi kolaborasi pertama antara rumah produksi Indonesia dengan studio legendaris Hollywood tersebut. Film ini akan tayang di jaringan bioskop Indonesia pada 17 April 2025.