Jumat 11 Apr 2025 11:40 WIB

Hampir Semua Adegan Aksi Film Pengepungan di Bukit Duri Dilakukan tanpa Pemeran Pengganti

Hanya adegan yang tergolong ekstrem atau berisiko tinggi yang melibatkan stuntman.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Para filmmaker dan pemain film Pengepungan Bukit Duri dalam konferensi pers di XXI Epicentrum Jakarta, Kamis (10/4/2025).
Foto: Dok. Republika/Gumanti Awaliyah
Para filmmaker dan pemain film Pengepungan Bukit Duri dalam konferensi pers di XXI Epicentrum Jakarta, Kamis (10/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sutradara Joko Anwar mengungkap proses produksi film terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri. Menurut joko, seluruh elemen aksi dalam film ini tidak hanya dirancang untuk menampilkan ketegangan fisik, melainkan sebagai perpanjangan dari emosi dan motivasi karakter.

“Semua koreografi aksi dibuat organik. Karena ini bukan soal siapa paling jago berkelahi, tapi aksi di sini adalah tentang bertahan hidup. Setiap adegan aksi adalah bagian dari dramanya,” kata Joko Anwar dalam konferensi pers seusai pers screening di Epicentrum XXI pada Kamis (10/4/2025).

Baca Juga

Joko mengatakan, hampir seluruh adegan aksi dilakukan langsung para aktor dan aktris tanpa bantuan pemeran pengganti (stuntman). Hanya adegan yang tergolong ekstrem atau berisiko tinggi yang melibatkan stuntman.

“Untuk adegan perkelahian yang ekstrem, karena kan kita juga enggak mau aktor kita cedera, baru pakai stuntman. Kalau di persentasi mungkin 95 persen adegan aksi dilakukan sendiri oleh aktor dan aktris di sini,” kata Joko.

Untuk membantu para pemain mendalami secara penuh karakter yang diperankan, Joko juga melakukan workshop yang intensif. Menurut dia, setiap aktor dibekali pengetahuan biografi karakter yang lengkap, mulai dari tokoh itu lahir, latar keluarga, pendidikan, hingga lingkungan sosial yang membentuk karakter.

“Jadi walaupun tidak diceritakan di film, setiap aktor itu kita bekali pengetahuan yang lengkap soal karakternya. Jadi pas masuk di set, mereka tidak lagi menjadi seorang aktor yang mencoba menjadi satu karakter. Mereka adalah karakter itu sendiri,” kata Joko.

Hasilnya, proses syuting berlangsung secara efisien. Bahkan menurut Joko, banyak adegan selesai hanya dalam satu pengambilan gambar saja.“Sering kali hanya one take oke, ya. Jadi pernah kita mulai syuting jam 7 pagi, jam 11 siang kita sudah selesai. Jam 12 kadang sudah pulang. Yang pusing justru tim katering karena makanan belum sempat dimakan,” kata Joko.

Film Pengepungan di Bukit Duri akan mengikuti perjalanan Edwin (diperankan Morgan Oey), seorang guru pengganti di SMA Duri Jakarta yang diisi siswa-siswi buangan dan dikenal dengan tingkat kekerasan yang tinggi. Edwin digambarkan sebagai keturunan Tionghoa yang memiliki trauma mendalam karena sedari kecil menjadi korban diskriminasi dan kerusuhan rasial. Namun kehadiran Edwin di sekolah tersebut membawa misi pribadi yaitu untuk menemukan keponakannya yang hilang.

Di film ini, Morgan akan beradu peran dengan Omara Esteghlal dan Hana Pitrashata Malasan. Selain mereka, Pengepungan di Bukit Duri juga dibintangi Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, dan Landung Simatupang.

Pengepungan di Bukit Duri adalah produksi bersama studio Hollywood Amazon MGM Studios dan Come and See Pictures, yang menjadi kolaborasi pertama antara rumah produksi Indonesia dengan studio legendaris Hollywood tersebut. Film ini akan tayang di jaringan bioskop Indonesia pada 17 April 2025.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement