Kamis 11 Jul 2019 20:33 WIB

Bahan Kimia Cat Diyakini Tingkatkan Risiko Autisme Anak

Cat bisa meningkatkan risiko autisme anak meski tidak memiliki bahan VOC

Rep: Dwina Agustin/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Cat Tembok. Ilustrasi
Foto: CNN
Cat Tembok. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian baru menyatakan, wanita yang terpapar bahan kimia cat di tempat kerja lebih mungkin untuk memiliki anak dengan gangguan spektrum autisme. Semakin besar paparan, semakin besar risiko autisme.

Risiko tersebut akkan tetap ada bahkan setelah para peneliti menyesuaikan data untuk memperhitungkan faktor autisme potensial lainnya. Masalah lain yang dipertimbangkan seperti riwayat merokok seorang wanita, kebiasaan alkohol, dan usia pada saat anaknya dilahirkan.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Occupational & Environmental Medicine bukan bukti kalau cat dan paparan kimia terkait menyebabkan autisme. Hasil ini harus ditafsirkan dengan hati-hati.

Tapi temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan hubungan antara bahan kimia cat dan autisme. Ada semakin banyak bukti yang menghubungkan banyak bahan kimia yang ditemukan dalam cat dan asapnya dengan sejumlah masalah kesehatan.

Contoh saja Benzene, ini merupakan karsinogen yang muncul di beberapa cat, terutama cat berbasis minyak, serta dalam bahan seni dan kerajinan seperti lem dan spidol penghapus kering, knalpot kendaraan, dan pestisida. Orang harus khawatir tentang paparan benzena jangka panjang atau sangat tinggi. Menghabiskan waktu di ruangan yang berventilasi buruk dan baru dicat bisa membuat orang terpapar dengan kadar benzena yang tinggi.

Benzene adalah salah satu dari bahan kimia yang dikenal sebagai senyawa organik yang mudah menguap atau VOC. U.S. Centers for Disease Control and Prevention menyatakan, orang-orang yang bekerja di laboratorium, termasuk fasilitas penelitian medis atau farmasi, serta  yang bekerja dengan cat, di industri kimia, atau sebagai ahli kecantikan dan kosmetologi adalah di antara mereka yang lebih mungkin terpapar bahan kimia ini.

Para ahli masih mencari tahu bagaimana bahan kimia ini membahayakan tubuh manusia. Namun, penelitian telah menemukan beberapa dari zat tersebut dapat diserap ke dalam darah melalui kontak dengan kulit atau melalui inhalasi.

Zat tersebut dapat menumpuk di otak atau organ orang-orang yang terpapar. Hati juga memecah beberapa bahan kimia ini menjadi produk sampingan yang dapat mengikat dan berpotensi mengganggu genetik sel.

Semua penelitian melihat cat berpotensi beracun, terutama untuk kelompok "rentan" seperti wanita hamil, anak-anak kecil dan orang tua. Tingkat VOC biasanya jauh lebih tinggi di dalam ruangan daripada di luar, terutama jika area dalam ruangan tidak berventilasi baik. 

Rekan penulis studi autisme dan seorang ahli epidemiologi di Institut Nasional untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja CDC Erin McCanlies mengatakan, cat berbahan dasar VOC rendah atau nol mungkin lebih aman daripada generasi sebelumnya. Ini bisa menjadi alternatif untuk digunakan. 

"Namun, cat mungkin mengandung bahan kimia lain seperti pengikat, penghambat korosi dan pengawet yang dapat berkontribusi pada sifat toksikologisnya," ujar McCaniles, dikutip dari Time, Kamis (11/7).

Penelitian pun telah menemukan bahkan cat nol-VOC masih mengeluarkan gas kimia. Profesor di Environmental and Occupational Health Sciences Institute of Rutgers University  Clifford Weisel menyatakan, ide yang bagus untuk membuka jendela dan pintu dan menyalakan kipas angin. 

Cara tersebut dapat meningkatkan ventilasi dan menghilangkan asap yang berpotensi membahayakan. Setelah cat benar-benar kering risiko menghirup emisi berbahaya sangat berkurang. "Memberikan angin di kamar selama beberapa hari biasanya sudah cukup," kata Weisel.

Disarankan pula untuk tidak menyimpan cat di rumah. Kaleng cat bisa mengeluarkan gas atau asap bahan kimia meskipun sudah ditutup, jadi ruang bawah tanah atau lemari penuh kaleng cat lama adalah berita buruk. 

"Jika Anda mengikuti semua tindakan pencegahan ini, paparan tidak harus mencapai tingkat yang akan menimbulkan banyak kekhawatiran," kata Weisel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement