REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sunat dalam Islam merupakan kewajiban yang harus ditunaikan bagi anak laki-laki atau laki-laki dewasa. Di Indonesia, sunat lebih sering dilakukan pagi hari. Adakah alasan di balik pemilihan waktu tersebut?
Menurut pendiri dari Rumah Sunat, dr Mahdian Nur Nasution, SpBS sunat dilakukan pagi hari karena alasan tertentu. Sejak ratusan tahun lalu, banyak orang tua yang menganjurkan sunat di pagi hari karena teknologi pada zaman itu belum semaju saat ini.
Pada zaman dulu belum ada teknologi atau obat bius yang membuat kebal atau menghilangkan rasa sakit pada alat kelamin anak. Jadi sunat pagi hari merupakan cara tradisional untuk membius.
"Kalau dulu dari subuh berenang di kali agar kedinginin, keriput dan pucat. Sehingga pembuluh darah akan mengecil. Ini membuat darah yang keluar sedikit bahkan tidak ada saat disunat. Risiko perdarahan kecil dan membuat tidak berasa sakit pada anaknya," ujarnya di sela acara media gathering di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Ini terjadi terus menerus, sunat harus pagi-pagi. Sehingga sunat pada sore hari tidak lazim. Apalagi malam hari, dokternya sudah mengantuk.
Ia mengungkapkan bahwa pada zaman dahulu yang melakukan sunat bukanlah dokter, melainkan mantri dan juga dukun sunat. Sehingga pengetahuan akan medisnya juga terbatas. Mereka ini yang biasanya memanfaatkan alam seperti waktu dingin dan berendam di kali. Sehingga sensasi nyerinya berkurang.
Namun berkat kemajuan teknologi, sunat tidak perlu lagi dilakukan di pagi hari. Ini lantaran telah ada anestesi dan metode sunat sendiri juga jauh lebih berkembang. Jadi karena teknologinya sudah bagus jadi bisa dilakukan kapan saja.