REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian orang tua mengeluhkan anak remajanya yang menuntut lebih banyak privasi. Mereka merasa sulit untuk menyesuaikan dengan situasi itu.
Remaja tak jarang melancarkan protes ketika ayah atau ibunya mencoba untuk campur tangan dalam kehidupannya. Alhasil, orang tua pun merasakan anak remajanya semakin jauh dari mereka.
Menurut psikolog anak dari Flinto R&D Center, Divya Palaniappan, kekhawatiran orang tua akan kasus seperti itu masuk akal. Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh perubahan. Anak remaja mengalami perubahan drastis, tidak hanya dalam penampilan fisik tetapi juga secara emosional.
"Ini adalah fase transisi menuju kedewasaan dan ditandai oleh karakteristik keingintahuan seksual," katanya, dilansir laman Times of India.
Masa remaja juga adalah periode pencarian jati diri dan identitas. Jadi, secara alami masa itu memunculkan masalah independensi, tanggung jawab, dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan identitas diri.
Perilaku remaja sering kali tidak terduga dan impulsif. Mereka mungkin menikmati banyak perilaku berisiko dan mengembangkan minat selama fase ini. Sebenarnya, mencari privasi adalah salah satu karakteristik kunci masa remaja.
"Baiknya, sebagai orang tua, kita harus memahami bahwa semua perubahan di atas adalah karakteristik dari transisi yang sehat menuju kedewasaan dan bagian penting dari menemukan rasa diri," ujar Divya.
Dukungan orang tua sangat penting untuk memastikan remaja berkembang menjadi orang dewasa yang berpengetahuan luas dengan harga diri yang kuat pula untuk tetap mandiri dan mampu mengendalikan hidup. Dorongan dan penguatan adalah dua faktor penting yang akan memastikan anak remaja ada bersama orang tua dan tidak menjauh.