REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kuliner Universitas Gadjah Mada, Murdijati Gardjito, pernah menjabarkan jumlah ragam satai di Tanah Air. Dengan ragam mencapai 252 macam, satai merentang dari Sabang sampai Merauke.
Murdjiati mengatakan, satai ada di hampir seluruh wilayah Indonesia. Lampung dan Mandar disebut jadi pengecualian karena tidak memiliki satai yang menjadi makanan tradisionalnya. Di antara daerah kuliner yang diteliti, yang memiliki ragam satai paling banyak adalah Yogyakarta.
Yogyakarta memiliki 21 ragam satai, Semarang 12 ragam satai, serta Bali dan Pekalongan yang masing-masing memiliki 11 ragam satai. Daging sapi jadi bahan yang paling banyak digunakan dengan persentase 48 persen.
Setelah daging sapi, pilihan daging terbanyak berikutnya untuk dimasak satai adalah ayam sebanyak 37 persen. Disusul kambing dengan 21 persen.
Untuk bumbunya, Murdjiati mencatat bawang putih dan bawang merah paling banyak dipakai. Disusul dengan ketumbar 64 persen dipakai di masakan satai Indonesia dan gula kelapa 63 persen.
Satai Sapi
Bawang merah, bawang putih, dan kecap manis pun secara umum digunakan sebagai pelengkap bumbu kacang di satai. Sedang untuk bumbu kecap satai, ia menemukan penggunaan bumbunya kecap manis persentasenya 3 persen, bawang merah iris 2 persen, cabai rawit merah 2 persen, tomat 2 persen dan bawang goreng 2 persen.
"Melihat ragam dan sebarannya yang cukup banyak, satai menjadi produk kuliner yang pantas menjadi salah satu representasi hidangan Indonesia," ujar peneliti Pusat Studi Pangan dan Gizi (PSPG) UGM tersebut, beberapa waktu lalu.
Murdijati menyampaikan, penelitian ini menghasilkan definisi baru satai yaitu berdasarkan ragam bahan, bumbu dan cara memasaknya. Yaitu, hidangan lauk pauk yang berbahan hewani atau nabati yang dibumbui berbagai macam bumbu.
Tentunya, sesuai cita rasa daerahnya, lalu dibakar hingga dimasak, serta bisa disajikan dengan pelengkap. Uniknya, Murdijati menemukan, terdapat ragam satai yang tidak memenuhi definisi satai. "Yakni Sate Godog dari Aceh karena diolah dengan cara direbus tanpa proses pembakaran," kata Murdijati.