Kamis 21 Feb 2019 16:29 WIB

Foxtrot Six Persatukan Enam Aktor Indonesia

Aktor Indonesia yang terlibat Oka Antara, Chicco Jerikho, Rio D dan Arifin Putra

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Salah satu adegan dalam film foxtrot Six
Foto: Rapid Eye Pictures
Salah satu adegan dalam film foxtrot Six

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sinema laga Foxtrot Six yang tayang mulai hari ini menyatukan enam aktor ternama Indonesia dalam satu layar. Mereka adalah Oka Antara, Verdi Solaiman, Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Arifin Putra, dan Mike Lewis.

Sutradara Randy Korompis memilih sendiri enam sosok tersebut untuk berperan dalam filmnya. Sejak memulai proyek sinema pada 2010, Randy mengaku sudah terbayang para aktor itu yang bakal memerankan tokoh Angga, Oggi, Spec, Bara, Tino, dan Ethan.

Baca Juga

Menurut Randy, kemampuan akting dan kebolehan aksi laga mereka tidak diragukan lagi. Semuanya dianggap mampu menerjemahkan dengan baik lewat akting tentang berbagai hal yang ingin disampaikan Foxtrot Six. Randy mengungkap, film bukan sekadar tayangan laga.

"Ada romance, brotherhood, kesetiaan, juga pengorbanan untuk rakyat. Semua positif, semua inspiring, membawa kualitas-kualitas baik Indonesia. Tiap penonton bisa mengambil sesuatu yang berbeda," ujar Randy.

Film menceritakan kondisi Indonesia di tengah gonjang-ganjing bencana kelaparan dunia. Rakyat terimbas penguasa lalim sehingga distribusi makanan tidak merata, hanya memihak pada yang kaya. Mantan marinir bernama Angga (Oka Antara) hendak menghentikan itu semua.

Setelah mengungkap kebenaran di balik penderitaan rakyat, Angga memutuskan membentuk pasukan khusus untuk menyelamatkan negara. Saat merancang rencana bawah tanah, takdir Angga kembali beririsan dengan sosok dari masa lalunya, Sari (Julie Estelle).

Randy yang juga menjadi penulis skenario menjelaskan bahwa sosok Angga memang menjadi sorotan utama. Tokoh yang diperankan Oka Antara itu tidak statis, namun karakternya berkembang sepanjang cerita. Berbagai konflik menghadapkannya pada dilema.

Dari awal sampai akhir film, dia tidak digambarkan hitam-putih dan selalu sempurna. Meski bisa dibilang merupakan sosok pahlawan dalam cerita, dia pun pernah sangat ambisius. "Jiwanya kelaparan sehingga dia berusaha menemukan sesuatu yang hilang dari dirinya," ucap Randy.

Film produksi MD Pictures dan Rapid Eye Pictures ini menghabiskan biaya produksi hampir lima juta dolar AS atau sekitar Rp 70 miliar. Sineas Hollywood Mario Kassar yang menjadi produser berencana membuat enam sekuel dan menayangkannya di sejumlah negara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement