REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film laga Foxtrot Six sudah bisa disimak di bioskop Indonesia mulai hari ini, Kamis (21/2). Sinema besutan rumah produksi MD Pictures dan Rapid Eye Pictures itu diproduseri sineas Hollywood Mario Kassar dengan sutradara muda, Randy Korompis.
Foxtrot Six mengisahkan dunia tengah dilanda bencana kelaparan. Bahkan di Indonesia, sumber daya alam diperebutkan. Film menampilkan kondisi kacau-balau penuh kesenjangan. Hanya mereka yang beruntung yang bisa makan.
Tidak hanya jurang timpang antara si kaya dan si miskin, film juga menunjukkan ranah politik penuh intrik. Negara dikuasai Partai Piranas yang tak memedulikan penderitaan rakyat. Serangkaian peristiwa itu menggugah mantan marinir bernama Angga (Oka Antara).
Angga tidak bisa tinggal diam melihat kondisi yang terus memburuk. Dia mengumpulkan satu demi satu rekan untuk membentuk pasukan khusus. Semua rencana penyelamatan negara itu membawa sang tokoh utama kepada sosok di masa lalunya, Sari (Julie Estelle).
Salah satu adegan dalam film Foxtrot Six.
Film berbahasa Inggris ini menyuguhkan konten laga luar biasa. Sepanjang durasi 114 menit, berbagai adegan aksi ditata dengan cermat. Keseruan itu bakal memacu adrenalin dan memanjakan pencinta laga. Tidak sedikit bagian brutal membuat napas tertahan.
Bukan hanya aksi pertarungan tangan kosong, berbagai senjata canggih juga dipertontonkan dalam film. Latar waktu film beberapa dekade dari sekarang memungkinkan adanya teknologi modern itu. Meskipun, ada adegan sadis penuh darah dalam film 21 tahun ke atas ini.
Sutradara Randy memadukan konten laga dan drama dengan pilihan aktor dan aktris yang tidak main-main. Selain Oka dan Julie, ada Verdi Solaiman, Chicco Jerikho, Rio Dewanto, Arifin Putra, Mike Lewis, Edward Akbar, dan Cok Simbara.
Enam pria yang tergabung dalam pasukan khusus, memiliki peran berbeda-beda. Dipimpin Angga, ada yang memosisikan diri sebagai penyerang, pengintai, perencana, dan si pakar teknologi. Masing-masing tokoh pun memiliki gaya berkelahi yang berlainan.
Foxtrot Six sangat patut diapresiasi dan layak direkomendasikan. Walau begitu, tetap ada beberapa kekurangan yang mengganjal, seperti penggunaan bahasa Inggris yang terasa kurang tepat dengan identitas negara Indonesia yang dipilih sebagai latar.
Dari segi visual, ada beberapa adegan dengan kontinuitas gambar yang tidak padu. Terdapat pula bagian computer-generated image (CGI) yang kurang maksimal. Terlepas dari semua itu, Foxtrot Six tetap memberikan warna berbeda untuk perfilman Indonesia.
Sampai film berakhir, tidak ada penjelasan gamblang mengenai istilah "Foxtrot Six". Sutradara ingin penonton memberikan pemaknaan sendiri mengenai sebutan yang menjadi judul film itu. Jangan dulu beranjak setelah film usai karena ada adegan tambahan usai tayangan kredit.