Rabu 13 Feb 2019 09:09 WIB

Studi Tegaskan Menghindari Facebook Timbulkan Kebahagiaan

Tidak aktif di Facebook membuat seseorang lebih aktif secara nyata.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Facebook
Foto: EPA
Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Penelitian baru di Amerika Serikat telah menemukan berhenti dari Facebook dapat membantu meningkatkan kesehatan mental. Meskipun dengan begitu pengguna mungkin kurang tahu tentang kabar yang berkembang saat ini.

Studi itu dilakukan oleh para peneliti di Universitas Stanford dan Universitas New York. Mereka mengamati 2.844 orang yang melaporkan menghabiskan satu jam sehari di Facebook.

Baca Juga

Setengah dari peserta diminta untuk menonaktifkan akun Facebook  untuk jangka waktu empat minggu, dan dibayar sekitar 100 dolar AS untuk melakukannya. Selama empat minggu para peneliti memeriksa akun untuk melihat apakah ada yang curang dan memantau perasaan peserta.

Temuan tersebut menunjukkan, peserta yang keluar dari Facebook melaporkan merasa lebih bahagia. Berhenti dari situs media sosial juga membantu mereka mengurangi aktivitas daring mereka secara keseluruhan. Peserta lebih menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas luring seperti bersosialisasi dengan keluarga dan teman.

"Studi-studi ini menunjukkan orang-orang yang menggunakan Facebook lebih banyak tertekan, namun masalahnya adalah korelasinya tidak menyebabkan sebab-akibat. Kami tidak tahu apakah Facebook membuat orang tertekan atau orang tertekan mundur ke Facebook," ujar kata penulis studi profesor Hunt Allcott, dikutip dari Malay Mail, Rabu (13/2).

Peserta juga menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mengonsumsi berita setelah mempresentasikan dengan pernyataan tentang berita terbaru. Contoh saja ketika mereka ditanya tentang berita populer, mereka cenderung tidak tahu. Sedangkan saat disajikan dengan pernyataan tentang berita palsu, peserta yang keluar dari Facebook lebih cenderung mengatakan tidak yakin tentang jawabannya, daripada mengatakan itu salah.

Para peneliti menyarankan meskipun berhenti dari Facebook dapat mengurangi paparan terhadap berita palsu, seperti yang diedarkan di situs media sosial, peserta mungkin tidak yakin tentang berita mana yang salah. Sebab, Facebook juga sekarang sudah dapat membantu memberikan informasi yang benar, yang membantu pengguna mengidentifikasi berita palsu.

“Deaktivasi menyebabkan peningkatan kecil tapi signifikan dalam kesejahteraan, dan khususnya pada kebahagiaan yang dilaporkan sendiri, kepuasan hidup, depresi, dan kecemasan. Efek pada kesejahteraan subjektif yang diukur dengan tanggapan terhadap pesan teks harian singkat adalah positif, namun tidak signifikan," kata penulis studi.

Tapi, para peneliti juga menambahkan, temuan harus ditafsirkan dengan hati-hati. Efeknya bisa berbeda dengan durasi atau skala penonaktifan.

Periode yang lebih lama tanpa Facebook mungkin memiliki dampak yang lebih kecil pada pengetahuan berita karena orang menemukan sumber berita alternatif. Dengan begitu akan memberikan lebih atau kurang berdampak pada kesejahteraan subyektif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement