REPUBLIKA.CO.ID, LOS ANGELES -- Pihak penyelenggara Piala Oscar, Academy Award, Jumat (25/1) berusaha menjauhkan diri dari kehebohan atas nominasi sebuah film pendek berjudul Detainment. Film mengenai kasus pembunuhan balita bernama James Bulger di Inggris tahun 1993 silam.
Setelah dinominasikan untuk Oscar dalam kategori film pendek, Selasa (21/1) hal itu menjadi berita utama di Inggris. Sebuah petisi daring yang juga meminta agar film itu ditarik dari nominasi Piala Oscar, telah mendapat lebih dari 130 ribu tanda tangan dan dukungan terhadap orang tua Bulger.
Dalam komentar pertama tentang kontroversi itu, pihak penyelenggara Piala Oscar mengatakan sangat tersentuh dan turut bersedih atas kehilangan yang dialami oleh keluarga Bulger. Namun, menegaskan tidak akan membatalkan penominasian tersebut.
"Akademi sama sekali tidak memengaruhi proses pemungutan suara. 'Penahanan' dipilih oleh anggota Akademi. Ketika membuat pilihan mereka, setiap individu menerapkan penilaian masing-masing mengenai kemampuan kreatif, artistik, dan teknis film. Kami memahami bahwa hal ini tidak akan mengurangi rasa sakit yang dialami keluarga, tetapi kami berharap jawaban ini menjelaskan peran netral Akademi dalam proses pemungutan suara," katanya dalam sebuah pernyataan.
Film yang dimaksud berjudul Detainment. Fillm berdurasi 30 menit itu menceritakan kasus pembunuhan yang dilakukan dua anak laki-laki terhadap James Bulger yang berusia dua tahun.
Untuk diketahui, kasus itu melibatkan dua bocah lelaki berusia 10 tahun yang membujuk Bulger dari pusat perbelanjaan di Inggris Utara, kemudian menyiksanya hingga tewas. Kasus ini adalah salah satu kasus kriminal paling terkenal di Inggris.
Film yang disutradarai oleh Vincent Lambe itu menggunakan transkrip wawancara polisi, catatan resmi, rekaman kamera keamanan dan aktor untuk menciptakan kembali suasana penangkapan dan interogasi terhadap dua anak lelaki yang dihukum.
Lambe mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia tidak pernah bermaksud untuk membawa kembali kesedihan terhadap keluarga Bulger. Tetapi, ia ingin agar publik dapat memahami kasus tersebut. "Walaupun ini adalah kasus yang sulit untuk dipahami, saya percaya kita memiliki tanggung jawab untuk mencoba dan memahami apa yang terjadi," ujarnya, Kamis (24/1).