Senin 03 Dec 2018 17:29 WIB

Polusi Udara Ganggu Tumbuh Kembang Anak

Polusi udara di negara berkembang menyebabkan 50 persen infeksi pernafasan pada anak

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.
Foto: AP Photo/R S Iyer
Siswa India menggunakan sapu tangan sebagai masker untuk melindungi diri dari polusi udara mematikan di New Delhi, India.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap hari sekitar 93 persen anak-anak di seluruh dunia berusia di bawah 15 tahun menghirup udara yang tercemar polusi. Kondisi ini membawa risiko serius bagi kesehatan mereka.

Berdasarkan laporan terbaru dari WHO, 600 ribu anak meninggal akibat infeksi saluran pernafasan akut selama 2016. Infeksi ini terutama terjadi karena polusi udara. Laporan juga menyebut wanita hamil yang terpapar polusi udara cenderung melahirkan bayi prematur dengan berat badan lahir rendah.

Polusi udara juga memengaruhi perkembangan syaraf dan kemampuan kognitif anak. Selain itu paparan polusi udara dapat memicu asma dan kanker. Anak-anak terlalu sering terpapar polusi udara juga berpotensi terkena penyakit kardiovaskular di kemudian hari. 

"Udara tercemar meracuni jutaan anak dan menghancurkan hidup mereka. Ini tidak dapat ditoleransi. Setiap anak seharusnya bisa menghirup udara bersih sehingga bisa tumbuh optimal dan memaksimalkan potensinya," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dikutip dari clean technica.

Satu alasan mengapa anak-anak rentan mengalami dampak buruk pencemaran udara karena mereka bernafas lebih cepat daripada orang dewasa. Kondisi itu menyebabkan anak-anak menghirup lebih banyak polutan ketimbang orang dewasa.

Anak-anak juga lebih dekat dengan tanah di mana konsentrasi polusi berada pada titik tertinggi. Sementara otak dan tubuh anak sedang dalam masa pertumbuhan, udara berpolusi yang mereka hirup bisa mengganggu pertumbuhannya.

"Polusi udara mengerdilkan otak anak, memengaruhi kesehatan lebih besar daripada yang kita bayangkan. Namun ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengurangi emisi polutan beracun," ujar Maria Neira, Direktur di Department of Public Health, Enviromental and Social Determinants WHO.

Bayi yang baru lahir dan anak-anak juga menghadapi polusi udara di rumah. Polusi udara itu bersumber dari bahan bakar kendaraan serta alat-alat masak, pemanas, dan alat penerangan. Di negara berkembang, polusi udara dalam rumah tangga menyebabkan lebih dari 50 persen infeksi pernafasan akut pada anak berusia kurang dari lima tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement