Rabu 14 Nov 2018 23:12 WIB

Slank Keluar dari Zona Nyaman Saat Konser di AS

Slank merasakan kembali pengalaman menjadi band tidak dikenal.

Vokalis grup band Slank, Kaka
Foto: ROL/Havid Al Vizki
Vokalis grup band Slank, Kaka

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Vokalis Slank yang diakrab dipanggil Kaka menceritakan pengalaman konser internasionalnya di Amerika Serikat yang hanya ditonton 10 orang pada 2008. Saat itu band Indonesia itu juga tidak dikenali.

"Kita di Amerika Serikat syukur-syukur ada yang nonton 10 orang, bahkan ada beberapa tempat kita main yang benar-benar 10 orang saja. Dan orang itu benar-benar tak tahu kita ini siapa," kata Kaka saat Meet and Greet di Pekanbaru, Rabu (14/11).

Hal itu dikatakannya jelang Konser Slank bertajuk Bold experience Bold Music di Stadion Kaharuddin Nasution Kota Pekanbaru, Riau pada Rabu malam ini. Konser merupakan bagian turnya usai beberapa hari sebelumnya di Padang dan Bukittinggi, Sumatera Barat.

Kaka menceritakan bahwa saat itu tahun 2006 berniat ke AS untuk mendapatkan koneksi minimal satu orang produser. Hal itu untuk memproduseri Slank buat album Bahasa Inggris.

Ketika itu, Slank berhasil mendapatkan dua produser masing-masing di Los Angeles dan New York. Akhirnya dipilih yang di Los Angeles yakni guru gitarnya Ridho Slank ketika dulu kuliah di sana bernama Saraceno.

"2007 sebulan rekaman di LA, prosesnya seru. Biasa berpuluh tahun produser sendiri, Slank sebagai produser, kini kita balik lagi jadi yang diproduseri orang. Ini bule, dikasih target, seminggu rekaman, seminggu overdub," ungkapnya.

Setelah itu satu bulan mixing master dan tahun 2018 rilis. Kemudian Slank tur 15 kota di AS. Pada saat itulah Slank yang biasanya naik panggung puluhan ribu orang. Lalu ditonton hanya 10 orang.

"Itu kita bangunnya dari bawah banget, kita perkenalkan kami Slank, band rock and roll dari Indonesia. Kami perkenalkan Indonesia, 'You Know Bali? Kadang orang Amerika tak tahu Indonesia tapi Bali tahu. Kita berjuang perkenalkan diri lagi, kayak dari nol lagi," ucapnya.

Slank membutuhkan kondisi keluar dari zonan nyaman. Menurutnya sebuah kelompok harus mencoba hal itu dalam jangka waktu tertentu, setidaknya lima tahun sekali.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement