REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Marsha Timothy sempat tidak percaya diri saat ditawari peran sebagai Nyai Ontosoroh dalam pementasan teater "Bunga Penutup Abad". Marsha beralasan tidak memiliki pengalaman yang cukup untuk bermain teater. Sedangkan Nyai Ontosoroh bisa dibilang merupakan tokoh sentral dalam pementasan tersebut.
"Saya berpikir sampai tiga hari. Ini bukan masalah saya mau atau tidak, tapi saya sanggup apa nggak. Dari semua orang yang saya tanya, jawabannya jangan sampai ditolak," kata Marsha saat berbincang dalam jumpa pers pementasan "Bunga Penutup Abad" di Jakarta, Rabu (31/10). Pementasan "Bunga Penutup Abad" dimulai pada 17-18 November 2018 di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
"Saya cukup tidak percaya diri. Saya pikir saya cukup tahu diri, jam terbang di teater baru sekali dan ini karya yang luar biasa banget," lanjutnya.
Pemain Wiro Sableng ini, akhirnya memutuskan menerima tawaran yang dilontarkan oleh Happy Salma selaku produser dan pendiri Titimangsa Foundation. Sebab, ia tidak punya alasan lain untuk menolak.
"Dari dalam hati saya ingin banget main tapi nggak percaya diri. Dari proses berpikir itu, terus saya tanya ke orang terdekat, semua bilang jangan sampai ditolak karena ini kesempatan besar," jelasnya.
Karena dalam pertunjukan "Bunga Penutup Abad" hanya Marsha yang baru bergabung, maka ia pun menjalani sejumlah latihan fisik sesuai yang diarahkan oleh Wawan Sofwan, sang sutradara. "Saya tahu diri, jadi saya sangat setuju latihan duluan dari awal dari Juli. Latihan fisiknya berat, karena kita butuh stamina dan vokal. Prosesnya memang lebih berat dari film," ujar Marsha.
Tokoh Nyai Ontosoroh sebelumnya diperankan oleh Happy Salma. Untuk menyegarkan pertunjukan yang sudah dua kali dipentaskan pada 2016 dan 2017 ini, maka tokoh tersebut diganti. Happy sendiri mengungkapkan jika Nyai Ontosoroh bukanlah sosok identik yang harus diperankan oleh satu orang saja.
Sementara itu, "Bunga Penutup Abad" merupakan pementasan teater yang kedua bagi Marsha Timothy. Sebelumnya, ia bermain dalam "Perempuan-Perempuan Chairil" yang juga diproduksi oleh Titimangsa Foundation.