Ahad 30 Sep 2018 19:55 WIB

Rahasia Situs Tutari dan Wisata Sejarah Papua

Situs Megalitik Tutari menjadi identitas prasejarah bagi Papua.

Situs Megalitik Tutari
Foto:

Rumah Peradaban

Kepala Balai Arkeologi Papua Gusti Made Sudarmika mengatakan pemanfaatan Situs Tutari sebagai bagian dari pelestarian warisan budaya untuk kepentingan pembangunan karakter bangsa seperti pendidikan dan pariwisata budaya bisa ditempuh dengan memasukkan mata pelajaran muatan lokal.

Situs Megalitik Tutari dapat dijadikan sebagai destinasi pendidikan atau wisata edukasi bagi pelajar sekolah. Situs Megalitik Tutari memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah bagi siswa sekolah.

"Caranya dengan membawa siswa langsung mengunjungi situs tersebut, agar tidak bosan hanya belajar dalam ruang kelas dan dapat memperkaya kreativitas siswa," katanya.

Sehingga, kata dia, Balai Arkeologi Papua menggelar acara sosialisasi Rumah Peradaban Situs Tutari untuk 370-an siswa SD hingga SMA di Kota dan Kabupaten Jayapura selama dua hari, 26-27 September 2018. Namun, sebelumnya ada dua macam buku yang dibagikan kepada siswa sekolah, yakni buku dengan judul Megalitik Tutari Situs Peradaban Papua dan kedua buku berjudul Ayo Ke Tutari.

Untuk membuat agar siswa lebih tertarik dan tidak bosan, acara tersebut dikemas sedemikian rupa dengan diselingi sejumlah lomba yang dapat memotivasi siswa untuk lebih mengenal lagi tentang Situs Tutari.

Seperti menggelar lomba menggambar peta NKRI, burung Garuda Pancasila, gambar motif Tutari, lomba stand up comedy ala Papua, lomba cerita rakyat Sentani, lomba pidato dan lomba merangkai gerabah serta lomba tulis karya ilmiah tentang Tutari.

"Jadi, selain memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengenal lebih dekat, bisa juga untuk meningkatkan wawasan siswa melalui proses pengamatan langsung sehingga nantinya mereka bisa menghargai tinggalan arkeologi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya," kata Gusti Made Sudarmika.

Secara terpisah, Kasi Balitbangda Kabupaten Jayapura, Martha Yoku mengapresiasi langkah dari Balai Arkeologi Papua yang berupaya untuk mengenal Situs Megalitik Tutari kepada para pelajar yang ada di Bumi Kenambay Umbai nama lain Kabupaten Jayapura untuk lebih mengenal sejarah dan budaya dari daerah setempat.

"Kegiatan ini sangat baik, mungkin kedepan akan lebih ditingkatkan lagi sehingga Situs Tutari menjadi lebih terkenal dan menjadi salah satu obyek wisata di Kabupaten Jayapura," kata Martha Yoku.

 Trayunani guru prakarya dari SMP Negeri 1 Sentani, Kabupaten Jayapura mengaku bangga dengan pelaksanaan sosialisasi Rumah Peradaban Situs Megalitik Tutari yang melibatkan pelajar dari sekolahnya, apalagi dipadukan dengan berbagai lomba dan dibagikan buku-buku tentang Tutari.

"Kami ada pelajaran tentang Tutari yang disisipkan dipelajaran sejarah, sementara untuk gerabah, kami sisipkan dalam pelajaran prakarya, harapannya kedepannya kami mudah untuk dapatkan tanah liat untuk latih siswa buat gerabah," pinta Trayunani

Senada itu, Hilda Msen, guru IPS yang juga mengajar sejarah dari SMP Negeri 5 Sentani, Kabupaten Jayapura mengaku senang dan bangga pelajar sekolahnya dilibatkan dalam sosialisasi tersebut.

"Pelajar kam senang diajak dalam kegiatan ini untuk melihat secara langsung, soalnya mereka tidak tahu tentang Tutari padahal tempatnya tidak jauh dari sekolah kami. Ini kesempatan yang baik bagi anak-anak untuk belajar langsung di lapangan apalagi diberikan buku-buku tentang Tutari, harapanya mereka bisa ceritakan kepada teman-temanya di sekolah," kata Hilda Msen.

Sementara, Rehuel, pelajar dari SMA Negeri 1 Sentani, Kabupaten Jayapura yang mengikuti lomba pidato berpendapat bahwa bahwa Situs Megalitik Tutari bisa mendatangkan nilai ekonomi bagi masyarakat setempat, asalkan dikelola dengan baik dan terintegrasi.

"Situs Tutari memiliki nilai sejarah yang tinggi bagi masyarakat setempat dan juga merupakan aset budaya yang harus dilestarikan, jika ini dikelola dengan baik, maka bisa datangkan nilai ekonomi," katanya di hadapan tim dewan juri dari Balai Arkeologi Papua dan antropolog senior Papua, Paul Yam.

Menurut dia, diperlukan penataan infrastruktur pendukung yang baik, seperti pondok untuk tempat istirahat ataupun kantin untuk tempat berjualan serta perlunya penambahan sejumlah keterangan pada situs-situs di Tutari, dengan harapan bisa menampung warga setempat untuk menjajakan hasil bumi atau suvenir yang khas.

"Perlu juga kerja sama dengan pemandu wisatawan asing dan pihak terkait, agar tempat ini lebih dikenal, selain memasang spanduk ditempat-tempat strategis seperti di Bandara Sentani," kata Rehuel.

Pemanfaatan Situs Megalitik Tutari sebagai destinasi wisata dapat mengedepankan pelestarian dengan tidak mengubah bentuk, warna ataupun tata letak tinggalan megalitik.

Terlebih dengan tidak melakukan tindak vandalisme seperti merusak, mengganggu objek maupun lingkungan sekitar yang dapat memengaruhi kualitas tinggalan megalitik,  serta tetap memerhatikan aturan hukum adat dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat Doyo Lama.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement