REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi pasangan yang menginginkan segera memiliki momongan tampaknya harus mengikuti saran orang sekitar. Alasannya, para peneliti dari Pusat Pengobatan Reproduksi, Shengjing Hospital menunjukkan bahwa agar pria lebih sehat maka harus lebih sering melakukan hubungan seksual.
“Data kami menunjukkan bahwa pasangan dengan parameter semen yang relatif normal harus sering berhubungan seks di sekitar masa ovulasi,” jelas peneliti Dr Da Li seperti dilansir dari laman Inverse, Kamis (20/9).
Li dan peneliti lainnya XiuXia Wang menjelaskan bahwa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sperma yang diproduksi dalam tiga jam dari ejakulasi terbaru memiliki kemampuan gerak yang lebih cepat daripada yang dihasilkan oleh pria yang menjauhkan diri selama beberapa hari antara ejakulasi. Temuan ini bertentangan dengan saran dari beberapa klinik kesuburan soal menjaga kondisi sperma pria dengan tak berhubungan beberapa waktu.
Saran tentang seberapa sering pasangan, baik mereka yang berencana menggunakan IVF dan mereka yang tidak, harus melakukan hubungan seks bervariasi. Meski sempat ada topik soal sperma lemah tumbuh kuat dengan diberi waktu jeda, namun Ahli biologi reproduksi di Beth Israel Deaconess Medical Center dan Harvard TH Chan School of Public Health, mengatakan bahwa pasangan dengan parameter sperma normal biasanya disarankan untuk berhubungan seks setiap hari.
Dalam percobaan pertama yang dilakukan oleh Li dan Wang, sperma dari donor yang telah berhenti berhubungan dari seks selama beberapa hari atau hanya beberapa jam diperiksa dengan spektrometri massa. Dengan mengevaluasi perbedaan molekuler antara dua sampel, para ilmuwan menemukan bahwa, secara keseluruhan, sperma dalam kelompok abstinen lebih rentan terhadap kerusakan DNA, yang mengurangi peluang sperma untuk membentuk embrio yang sukses.
Ternyata semakin lama sperma ada, semakin banyak perubahan yang ada pada protein yang memengaruhi bagaimana ia bergerak dan bermetabolisme. Sperma dengan jeda waktu berhubungan lebih pendek dapat bergerak lebih cepat.
Pada akhirnya, sperma yang muncul setelah periode berpantang lebih pendek meningkatkan peluang pasangan untuk memiliki bayi hingga 30 persen. Kedua ahli tersebut melakukan pemeriksaan kepada 250 pria yang datang ke klinik kesuburan.
Hanya saja peneliti lain menyebutkan penelitian ini berasal dari kelompok populasi pria yang tak subur. Sehingga tak bisa mewakili mereka yang memiliki kesuburan normal.