Selasa 18 Sep 2018 07:54 WIB

Sering Makan Sushi, Sehatkah?

Ikan mentah rentan terkena bakteri dan parasit, seperti cacing pita.

Rep: Nora Azizah/ Red: Indira Rezkisari
Sushi, makanan khas Jepang.
Foto: Republika/Indira Rezkisari
Sushi, makanan khas Jepang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi para pencinta sushi, makanan khas Jepang yang satu ini memang cukup sulit dihindari. Tidak hanya dari segi keunikan rasa, sushi juga kerap dikemas menggemaskan sehingga menarik untuk disantap. Seperti diketahui, sushi umumnya dibuat dari ikan mentah. Namun, sehatkah terlampau sering mengonsumsi sushi?

Dilansir melalui Health.com, hampir semua jenis penghuni laut mengandung asam lemak Omega 3. "Nutrisi ini banyak ditemukan pada ikan berlemak," kata Editor Nutrisi di Health Cynthia Sass, MPH, RD. Omega 3 sangat bermanfaat melawan penyakit jantung, mendukung kesehatan otak, dan melawan diabetes tipe 2. Kandungan protein yang tinggi juga bisa membantu penyembuhan dan pemulihan.

Baca Juga

Mengonsumsi ikan dalam kondisi mentah memang menjadi salah stu cara terbaik mendapat asam lemak Omega 3. Berdasarkan sebuah studi 2009, mengolah ikan dengan cara menggoreng atau dipanaskan bisa mengurangi kadar lemak sehat tersebut. Tetapi ada risiko buruk dari mengonsumsi sushi.

Ikan mentah rentan terkena bakteri dan parasit, seperti cacing pita. Salah satu jenis cacing pita yang kerap ditemukan, yakni Latem Diphyllobothrium atau cacing pita terbesar dengan kemampuan menginfeksi manusia. Cacing pita ini bisa tumbuh hingga 30 kaki. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), infeksi cacing pita paling umum terjadi di Eropa, Amerika Utara, dan Asia.

Kekhawatiran terhadap bakteri tersebut bisa diatasi dengan memastikan kebersihan sushi. Tidak ada salahnya bertanya pada restoran penyedia sushi mengenai penyiapan ikan dan peralatan yang digunakan. Carilah restoran dengan tingkat pemeriksaan kesehatan Grade A sehingga lebih aman. Meski ada beberapa cara agar bisa mengonsumsi sushi dengan aman, segelintir orang tidak direkomendasikan makan sushi.

Kelompok berisiko tinggi tersebut, yakni orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Kelompok tersebut meliputi bayi, anak kecil, lansia yang tidak boleh makan ikan mentah atau setengah matang, serta ibu hamil. Selain memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, ibu hamil berisiko tertular bakteri atau parasit yang berbahaya bagi bayi yang dikandungnya.

Ahli Ob-gyn Christine Greves dari American Association of Obsterics and Gynecology Orlando menjelaskan, wanita hamil dan menyusui wajib menghindari makanan laut mentah. "Selain parasit atau bakteri, makanan laut mentah rentan terhadap merkuri," ujar Greves. Mineral yang terjadi secara alami dapat menjadi racun.

Greves memaparkan, bayi yang terpapar merkuri di dalam rahim bisa mengalami kerusakan otak dan gangguan pendengaran serta penglihatan. Apabil ibu hamil memilih untuk mengonsumsi ikan selama kehamilan maka bisa memilih jenis ikan yang rendah merkuri, seperti salmon, nila, dan udang. Masak dengan tingkat kematangan menyeluruh. Hindari mengonsumsi tuna, ikan pedang, mackerel, dan hiu dengan kandungan merkuri yang tinggi.

Mengonsumsi sushi boleh saja asal tidak berlebihan. American Heart Association merekomendasikan pembatasan asupan makanan laut mentah hanya 12 ons. Ukuran tersebut kira-kira dikonsumsi untuk dua kali makan per minggu. Hindari ikan dengan tingkat merkuri tinggi, dan kombinasikan menu dengan bahan makanan selain penghuni laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement