Selasa 05 Jan 2016 13:30 WIB

Ups! Salah Strategi, Makan Sushi Bisa tidak Menyehatkan

Rep: Adysha Citra R/ Red: Indira Rezkisari
Saat melahap sushi, cocolkan sedikit saja ke kecap asinnya. Juga selalu jaga kebersihan tangan sebelum menyantap sushi.
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Saat melahap sushi, cocolkan sedikit saja ke kecap asinnya. Juga selalu jaga kebersihan tangan sebelum menyantap sushi.

REPUBLIKA.CO.ID, Makanan khas Jepang, sushi, meraih kepopulerannya di banyak negara karena identik sebagai makanan yang lezat, segar, tidak menggemukkan dan juga menyehatkan. Akan tetapi, jika salah strategi dalam bersantap, 'efek' menyehatkan dan tidak menggemukkan yang melekat pada sushi bisa hilang seketika.

Dikenal sebagai makanan sehat membuat banyak orang tak ragu untuk memesan banyak porsi sushi agar merasa kenyang. Tak jarang pula seseorang memesan tiga porsi sushi gulung sekaligus untuk memenuhi perutnya dengan 'sehat'.

Tak dipungkiri sushi memang merupakan makanan yang sehat jika dikonsumsi dalam jumlah yang tepat. Akan tetapi, memakan sushi dalam porsi besar sama saja memasukkan banyak kalori ke dalam tubuh. Pasalnya, nasi yang terdapat dalam satu sushi gulung relatif cukup banyak, yaitu sepertiga hingga setengah cangkir beras untuk satu sushi gulung.

Selain itu, tak peduli seberapa banyak sushi yang dimakan, tubuh biasanya akan kembali merasa lapar sekitar satu jam setelah makan sushi. Ini disebabkan oleh rasio karbohidrat (nasi) dan protein (ikan) pada sushi yang tidak seimbang.

Kecap asin yang biasa disajikan bersama sushi juga mengandung sodium yang tinggi, meski yang digunakan merupakan kecap asin rendah sodium. Hal ini membuat tubuh memerlukan air putih agar terhindar dari rasa haus. Jika tidak minum air putih dalam jumlah cukup, rasa haus akan mendorong tubuh untuk kembali makan agar mendapat asupan air dari makanan yang dimakan.

(baca juga: Rumput Laut Rahasia Kesehatan Masyarakat Jepang)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement