Rabu 18 Apr 2018 09:44 WIB

Indonesia Jadi Market Focus London Book Fair 2019

Lewat buku Indonesia bisa memperlihatkan kebesaran negaranya yang multietnik.

Suasana di London Book Fair 2017.
Foto: EPA
Suasana di London Book Fair 2017.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Setelah sukses menjadi negara tamu kehormatan dalam Frankfurt Book Fair tahun 2015, Indonesia akan kembali unjuk gigi dalam dunia literasi dengan menjadi Market Focus pada London Book Fair 2019 mengusung tema "17.000 Islands of Imagination". Serah terima sebagai Market Focus dalam London Book Fair 2019 dilakukan oleh tiga negara Baltik terdiri dari Lithuania, Estonia, dan Latvia yang menjadi Market Focus pada tahun ini kepada Indonesia pada saat penutupan London Book Fair baru-baru ini.

"Bila Indonesia ingin mengetahui lebih banyak menjadi market focus kami setiap saat akan membantu," ujar Dubes Latvia untuk Inggris kepada Dubes Rizal Sukma yang menerima plakat Market Focus dalam acara "Handover Ceremony" untuk Market Focus London Book Fair 2019 dari Negara Baltik terdiri dari Estonia, Latvia dan Lithuania kepada Indonesia di gedung pameran Olympia. Menjadi Market Focus dalam ajang pameran buku terbesar kedua di dunia setelah Frankfurt Book Fair merupakan kesempatan untuk menampilkan Indonesia yang kontemporer dan maju, sebagai bangsa yang besar, terdiri dari multi etnik.

Wakil Kepala Bekraf, Ricky Joseph Pesik mengatakan keberagaman dari setiap sejarahnya yang memiliki potensi menjadi kekuatan dari segi ekonomi kreatif akan memengaruhi masa depan bangsa. Masalah perbukuan di Indonesia saat berada dalam mengelolaan Badan Industri Kreatif Indonesia (Bekraf) telah membentuk komite Market Focus bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Komite Buku Nasional yang akan menampilkan "17.000 Islands of Imagination".

Dubes untuk Inggris, Dr Rizal Sukma mengharapkan keberadaan Indonesia dalam Market Focus pada tahun depan tidak hanya terasa di dalam area pameran London Book Fair di Olympia, London, tetapi juga di seluruh Inggris. "Kami dengan bangga menerima penyerahan market focus country dari negara-negara Baltic. Inilah kesempatan besar menampilkan Indonesia dalam komunitas internasional sekaligus saat yang tepat bagi 260 juta jiwa penduduk untuk menuturkan kisah-kisahnya. Saya percaya bahwa literatur merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk kebijakan publik bersama dengan seni dan budaya," ujar Dubes Rizal Sukma alumni London School of Economic (LSE).

Untuk itu Dubes berharap dukungan dari semua pihak membantu tugas Bekraf dalam menampilkan Indonesia sebagai market focus. Ia optimistis nama Indonesia tidak saja akan bergema dalam lokasi London Book Fair di Olympia, tapi juga di seluruh kota London.

Ketua Harian Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019, Laura Bangun Prinsloo, berencana membawa 30 penerbit dan agen hak cipta untuk ikut dalam pameran buku dengan rights centre terbesar di dunia ini dengan target 50 judul hak cipta terjemahan terjual.

Pada London Book Fair 2018 telah ditandatangani pembelian hak cipta dua buku karya Intan Paramadhita "Gentayangan: Pilih Sendiri Petualangan Sepatu Merahmu" (Gramedia Pustaka Utama, 2017) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul "The Wandering" dan "Apple and Knife" (Brow Books, 2018) oleh penerbit Harvill Secker dari grup penerbit Penguin Random House yang diwakili Ellie Steel, Senior Editor Penguin Random House, selain itu juga dilakukan penandatanganan dengan Kelly Falconer (literary agent).

Ketua Koordinator Bagian Program untuk Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019, John McGlynn, mengatakan bahwa ia telah menyiapkan sejumlah acara budaya yang akan dirancang bersama penulis perempuan terkemuka Indonesia Sekar Ayu Asmara dan Ayu Utami yang ikut dalam London Book Fair 2018. "Di antaranya dengan komunitas diaspora di London dan beberapa universitas di London seperti SOAS University of London," ujar John McGlynn.

Bersama dengan pihak British Council, panitia menyiapkan sejumlah program sosialisasi untuk tahun ini. Di antaranya residensi penulis Indonesia ke Inggris, kunjungan penulis dan media Inggris ke Indonesia, mendatangkan enam penerbit dari Inggris ke Jakarta dan Makassar Mei mendatang.

Dikatakannya program yang sudah dipastikan di antaranya berupa seminar di Oxford University, kerja sama kegiatan sastra dan budaya dengan komunitas Islam di Birmingham, pemutaran film-film Indonesia di London Books and Screen Week, dan kerja sama antara ilustrator Indonesia dan penulis Inggris.

Bicara tentang peran British Council dalam mempersiapkan Indonesia sebagai Market Focus Country, Cortina Butler, Direktur Literatur British Council menyambut hangat kesempatan untuk mengkurasi program-program budaya di Indonesia dan di Inggris di tengah tumbuhnya ketertarikan dari komunitas penerbitan internasional pada karya-karya buku Indonesia. "Kami yakin menjadi Market Focus akan menciptakan kesempatan unik untuk komunitas penulis, penerjemah, penerbit, dan pembaca di Inggris maupun di Indonesia untuk membangun pemahaman dan membuat koneksi.

Director of The London Book Fair, Jacks Thomas, mengakui bahwa Estonia, Latvia dan Lithuania telah menampilkan dirinya dengan sangat baik sebagai Market Focus tahun ini. Publik Inggris belajar banyak tentang literature dan penerbitan kontemporer dari negara Baltik dan merasa senang dengan mendapatkan galeri dari karya ilustrator yang sangat inspiratif dan program acara selama London Book Fair.

"Saya sangat bersemangat menyambut Indonesia untuk menjadi Market Focus tahun depan dan siap bekerja dengan mereka untuk mempromosikan penerbitan dan literatur Indonesia di LBF 2019," ujar Jacks Thomas.

Sementara itu Chief Executive, The UK Publishers Association, Stephen Lotinga mengatakan, berbicara tentang tema dengan Komite Pelaksana Indonesia Market Focus di London Book Fair 2019, semuanya dimulai dengan imajinasi. Yaitu bangsa Indonesia dan negara dengan wilayah yang memiliki banyak suku bangsa dan masing-masing memiliki sejarahnya, muncul dari imajinasi, pada awal abad 20, ketika orang-orang dari negara tersebut sepakat untuk membentuk satu kesatuan. Indonesia dilahirkan dari imajinasi satu bangsa, tidak dari kekuatan asing atau konsep dari luar. Seorang ahli pernah menggambarkan Indonesia sebagai 'komunitas imajinasi'. Namun imajinasi bukanlah fantasi. Imajinasi memiliki kekuatan pada dirinya dan sumber dari energi kreatif yang telah membentuk dan akan meneruskan untuk membentuk masa depan Indonesia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement