REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anda mungkin sering mendengar lelucon es teh panas ketika memesan makanan di pinggir jalan. Ternyata, itu bukan hal yang mustahil lagi semenjak teknik memasak molecular gastronomy diterapkan dalam dapur.
"Ini akan membuat merasakan teh dengan sebelah dingin dan sebelahnya lagi panas," kata Chef Namaaz Dining Andrian Ishak.
Sosok yang menjadi pionir masakan molecular gastronomy di Indonesia ini mengubah sebuah lelucon menjadi kenyataan. Es teh panas seakan sulit dicerna akal, namun nyata adanya. Dan, dapat dinikmati dengan memanjakan sensor indra pengecap.
Salah satu menu penutup di Namaaz Dining menggunakan teh Revive Me Jasmine dari Caaya. Dengan sentuhannya, teh tersebut dapat memberikan rasa manis yang terdapat sensasi dingin di sebelah kiri dan terasa hangat di sebelah kanan.
Ketika minuman itu langsung masuk mulut dalam satu tegukkan, mulut terasa dibelah seketika. Rasa dingin dan panas tidak menyatu, bahkan hingga jatuh ke tenggorokan.
Di samping menghidangkan minuman tersebut, Chef Andrian pun mencoba memadukan meringue yang terbuat dari putih telur dengan paduan teh Soothe Me Vanilla Pandan dari Caaya. Meringue mesti dimakan bersamaan dengan menyedot teh yang ada di bawahnya, sehingga tercipta rasa teh talua. "Talua ini diproses dengan karbonit selama dua jam dengan suhu 64,5 derajat," kata Chef Andrian.
Teh talua ala molecular gastronomy.