REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak orang tua khawatir jika penggunaan media sosial akan memperburuk kemampuan akademik anaknya. Hanya saja, kekhawatiran itu ditepis oleh studi baru yang menunjukkan jika menggunakan situs seperti Snapchat, Facebook, atau Instagram memiliki efek minimal pada kinerja akademis.
Periset asal University of Bamberg, Jerman, melakukan studi baru yang bertujuan mengklarifikasi apakah media sosial sebenarnya memiliki dampak negatif pada nilai sekolah. Cara yang digunakan dengan melihat 59 studi lain dan melibatkan lebih dari 30 ribu anak muda di seluruh dunia.
"Ada beberapa studi tunggal yang kontradiktif mengenai masalah ini dan ini telah membuat sulit sebelumnya untuk menilai semua hasil dengan benar," ujar rekan penulis Caroline Marker, dilansir dari Malay Mail Online.
Meskipun beberapa penelitian melaporkan media sosial memiliki dampak negatif pada kinerja sekolah, namun ada juga yang menunjukkan pengaruh positif. Sementara beberapa peneliti gagal menemukan hubungan sama sekali.
Dalam tinjauan baru, kajian yang sudah dirilis di jurnal Educational Psychology Review menemukan, siswa yang menggunakan media sosial secara intensif untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya tentang topik yang berhubungan dengan sekolah sebenarnya cenderung memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi dan tidak rendah. Selain itu, mereka menemukan pelajar yang sangat aktif di media sosial tidak menggunakannya saat belajar.
Tapi, mereka yang sering menggunakan situs jejaring sosial, sering mengunggah pesan dan foto, memang memiliki nilai yang sedikit lebih rendah. Meski tim tersebut menekankan efek negatifnya sangat kecil.
Mereka yang menggunakan media sosial saat belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah juga memiliki nilai yang sedikit lebih buruk daripada siswa yang tidak menggunakan situs ini. Mungkin karena ini adalah bentuk siswa multi-tasking yang mengalihkan perhatian dari pekerjaan mereka.
"Kami tidak dapat menjawab pertanyaanini. Kedua arah sebab dan akibat itu mungkin, tapi tidak terlalu terasa," kata rekan penulis Profesor Markus Appel menjelaskan media sosial dapat menyebabkan sedikit penurunan nilai atau apakah siswa yang memiliki nilai lebih rendah lebih mudah tertarik pada gangguan media sosial.
Meski begitu, Profesor Markus menekankan, orang tua harus menaruh minat pada apa yang anak-anak mereka lakukan di media sosial, tahu jejaring sosial dan mau mengerti pola pemakaiannya. Orangtua yang lebih berpikiran terbuka sehubungan dengan aktivitas online anak-anak mereka, semakin baik mereka bisa berkomunikasi dengan anak-anak.
Temuan ini juga muncul beberapa minggu setelah studi terhadap lebih dari 1,1 juta remaja di Amerika Serikat. Studi tersebut mengungkapkan remaja yang menghabiskan banyak waktu di smartphone, misalnya menggunakan media sosial atau mengirim pesan, lebih cenderung tidak bahagia daripada mereka yang menghabiskan waktu di dunia nyata dengan kegiatan fisik dan interaksi sosial.