REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bayi yang belum bisa bicara sering kali mengoceh tanpa bisa dimengerti oleh orang tuanya. Ternyata, cara tersebut bukan tidak ada maknanya, justru itu cara untuk memberikan makna pada sesuatu.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Developmental Science menyatakan, jika bayi cenderung mendengarkan bahasa verbal ibu yang selanjutnya membantu mereka dalam mempelajari kemampuan bahasa. Bayi mengorganisir tanggapan verbal ibu, yang mendorong pengajaran bahasa yang lebih efektif dan mengoceh adalah kuncinya.
Bayi mencoba memdefinisikan suara yang didengar menjadi lebih seperti ucapan yang mudah untuknya untuk menjadi umpan balik dari lawan bicaranya. Ketika mengoceh, mereka mencoba mencerna informasi tentang beberapa hal.
Periset mencatat dan menggabungkan vokalisasi 40 anak berusia sembilan bulan dan ibu mereka. Penelitian tersebut menggunakan "paradigma pemutaran", untuk menilai bagaimana bentuk suara dan tindakan spesifik oleh bayi mempengaruhi perilaku orang tua.
"Kami berharap para ibu akan merespons lebih sering saat ocehan lebih matang dan mereka bisa melakukannya. Peningkatan respons berarti lebih banyak kesempatan belajar bahasa bagi bayi," kata Associate Professor of Psychology di Cornell University Michael Goldstein dikutip dari Indian Express, Rabu (24/1).
Ucapan ibu lebih cenderung mengandung informasi yang dapat disederhanakan dan dipelajari tentang struktur linguistik dan benda-benda di sekitar bayi. Dengan begitu, interaksi keduanya akan memfasilitasi pembelajaran berbicara bagi anaknya.
Peneliti juga menemukan, ibu merespons lebih sering dan lebih informatif terhadap vokalisasi yang diarahkan pada objek daripada yang tidak diarahkan. "Kami menduga ini akan terjadi karena objek yang dilihat bayi menciptakan kesempatan bagi ibu untuk memberi label, jadi dia cenderung merespons dengan informasi spesifik daripada saat bayi mengoceh tidak jelas," kata Asisten Profesor Psikologi di Lebanon Valley College Rachel Albert.