REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Wisatawan Jepang yang menikmati liburan ke Bali tercatat ada sebanyak 237.694 orang selama Januari hingga November 2017. Angka itu meningkat 21.321 orang atau 9,85 persen dari data pada periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 216.373 orang.
"Mereka sebagian besar datang melalui Bandara Ngurah Rai dengan menumpang pesawat yang terbang langsung dari negaranya, hanya 631 orang yang datang melalui pelabuhan laut dengan menumpang kapal pesiar," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Rabu (17/1).
Ia mengatakan bahwa wisatawan Jepang dalam memasok turis ke Bali menempati peringkat keempat setelah Cina, Australia, dan India itu mampu memberikan kontribusi sebesar 4,42 persen dari total wisman ke Pulau Dewata sebanyak 5,38 juta orang selama 11 bulan (Januari s.d. November 2017).
Total wisman yang berkunjung ke Bali itu meningkat 896.691 orang atau 19,99 persen dari jumlah wisatawan pada periode yang sama tahun 2016 sebanyak 4,48 juta orang.
Adi Nugroho menambahkan bahwa masyarakat negeri matahari terbit dalam liburannya ke Bali umumnya sangat senang dengan keunikan seni budaya setempat, di samping keindahan panorama alam.
Oleh sebab itu, wisatawan Jepang dalam liburannya sering memanfaatkan waktunya untuk mempelajari tabuh dan tari Bali. Mereka belajar kesenian pada sejumlah seniman asal di Pulau Dewata, bahkan ada sanggar di Ubud, Kabupaten Gianyar secara khusus mengajar wisatawan untuk menabuh dan menari Bali.
"Mereka tidak sekali berliburan ke Bali karena tahun depannya juga mereka kembali berwisata ke Pulau Dewata sambil mempelajari kembali tabuh dan tari Bali," ujarnya.
Wisatawan Jepang yang berliburan ke Bali sebelumnya menempati peringkat ketiga. Namun, sekarang tergeser ke posisi empat setelah wisatawan India makin banyak berliburan ke Bali.
Dari sepuluh negara yang terbanyak memasok turis ke Bali, hanya dua negara yang mengalami penurunan, yakni Australia sebesar 3,02 persen dan Malaysia 2,66 persen.
Ia menyebutkan delapan negara lainnya meliputi Cina meningkat 51,52 persen, India 48,25 persen, Inggris 12,29 persen, Amerika Serikat 16 persen, Prancis 8,60 persen, Jerman 17,03 persen, dan Korea Selatan 23,05 persen.