Selasa 16 Jan 2018 13:12 WIB

Iklan TV Dorong Remaja Gemari Makanan tak Sehat

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Junk food atau makanan tidak sehat. Ilustrasi
Foto: Greatist
Junk food atau makanan tidak sehat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Yayasan Riset Kanker Inggris menganalisis hubungan antara kebiasaan menonton televisi dan pola makan remaja. Para ilmuwan meyakini bahwa iklan televisi memiliki andil besar dalam membuat remaja gemar mengonsumsi makanan tak sehat.

Penonton muda yang dibombardir dengan iklan makanan tak sehat membuat mereka terpengaruh untuk menyukai makanan dan minuman cepat saji. Asupan itu rata-rata memiliki jumlah kalori, kadar lemak, dan kandungan gula yang tinggi sehingga memicu obesitas.

Dr Jyotsna Vohra selaku penulis utama studi menyoroti pentingnya penanggulangan hal tersebut. Saat ini, satu dari tiga remaja di Inggris sudah mengalami kelebihan berat badan dan obesitas, kondisi yang berisiko menyebabkan 13 jenis kanker berbahaya.

"Kami tidak mengklaim bahwa setiap remaja yang menonton iklan TV komersial akan menyukai junk food, namun penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara iklan dan kebiasaan makan," ujar Vohra.

Ia termasuk kelompok orang yang mendukung untuk memperketat aturan iklan makanan. Selama ini, iklan makanan cepat saji kerap diputar selama program yang populer di kalangan anak muda seperti pertunjukan bakat dan pertandingan olahraga.

Gabungan organisasi Obesity Health Alliance (OHA) juga pernah menyerukan hal serupa, yaitu perlindungan anak dari iklan makanan tak sehat di televisi. Pada satu kasus, peneliti mengamati ada sembilan iklan makanan cepat saji dalam waktu 30 menit.

Profesor Linda Bauld yang merupakan pakar pencegahan di Yayasan Kanker Inggris berpendapat senada, yakni bahwa pencegahan harus dilakukan sejak dini. Sebab, anak dengan obesitas lima kali lebih berisiko mengalami obesitas dan kanker saat dewasa.

"Industri makanan akan terus memapar produk mereka ke dalam pikiran remaja jika terus diizinkan melakukannya. Pemerintah perlu bekerja sama dengan banyak pihak untuk melindungi kesehatan generasi berikutnya," kata Bauld.

Ulasan tersebut didasarkan pada survei yang dilakukan oleh perusahaan riset YouGov. Secara keseluruhan, survei melibatkan 3.348 anak muda Inggris yang berusia antara 11 sampai 19 tahun, dikutip dari laman Express.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement