REPUBLIKA.CO.ID,
Oleh: Ali Mansur, Dwina Agustin
Suasana haru menyelimuti pemakaman musisi legendaris Yon Koeswoyo di Tanah Kusir, Jakarta, Sabtu (6/1). Sejumlah musisi yang merupakan rekan almarhum turut hadir mengantar ke tempat peristirahatan terakhir pentolan grup Koes Plus yang mulai berjaya pada 1970 ini.
Turut hadir budayawan Emha Ainun Najib atau kerap disapa Cak Nun. Ia memberikan sambutan sesaat setelah proses pemakaman dengan suasana penuh tangis bagi siapa pun yang menghadirinya.
Cak Nun mengatakan, Yon Koeswoyo dan keluarga Koeswoyo merupakan pahlawan di hati masyarakat. Perjuangan berpuluh-puluh tahun Koes Bersaudara mengingatkan tentang perjuangan sesungguhnya.
Suami Novia Kolopaking tersebut menyinggung bahwa ada beberapa pahlawan yang cukup hanya dengan pidato beberapa jam sudah menjadi pahlawan nasional. "Mereka tidak hanya menghibur masyarakat. Mereka adalah orang yang sudah hidup di dalam hati Anda semua, ia adalah yang menyanyikan isi hati Anda," kata Cak Nun di Tanah Kusir, Jakarta, Sabtu (6/1).
Jumat (5/1) pagi, dunia hiburan Indonesia, khususnya industri musik Tanah Air, berduka. Indonesia kehilangan salah satu musisi terbaiknya. Musisi legendaris Yon Koeswoyo meninggal dunia. Anggota grup musik ternama Koes Bersaudara (Koes Plus) itu mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (5/1) sekitar pukul 05.50 WIB.
"Innalillahi wainnailaihi rajiun. Telah wafat dengan tenang Adik, Kakak, Ayah, Eyang tercinta Yon Koeswoyo (Koes Bersaudara/Koes Plus), pagi ini, Jumat, 5 Januari 2018," tulis pesan singkat yang diterima redaksi Republika.
Kabar itu pun langsung menyebar. Sejumlah musisi juga menunjukkan rasa kehilangannya. Salah satunya vokalis D'Masiv Ryan Ryan Ekky Pradipta. Di akun Instagram-nya, Ryan juga memuat kabar duka tersebut.
Lagu-lagu yang Yon ciptakan, kenang Cak Nun, bukan kehendak dari diri pribadinya, melainkan ia membuat lagu dengan melihat isi hati semua orang. Lagu mereka abadi.
"Saya sangat mencintai mereka. Saya mengharapkan para pengamat, para penulis, pemerintah mencari ilmu yang lebih luas dan lebih komplet untuk memahami keluarga Koes. Karena selama ini pemahaman masyarakat terhadap keluarga Koes sangat sedikit, tidak mengerti apa letak keistimewaannya," ujarnya.
Cak Nun akan terus mencoba menulis mengenai dimensi-dimensi yang tak diketahui tentang Yon dan juga keluarga Koeswoyo. Sampai di akhir hayatnya, Yon Koeswoyo adalah pribadi yang sangat tekun dan tidak memperhatikan usianya yang telah menginjak 77 tahun.
"Bayangkan saja, umur 77 tahun nyanyi di atas panggung 25 lagu nonsetop," ujarnya.
Ketua Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf yang mengaku sangat kehilangan sosok Yon mengatakan, karya-karya almarhum bersama Koes Bersaudara merupakan warisan tak terganti.
Yon bersama bandnya, kata Triawan, merupakan sosok yang menawarkan lagu-lagu tidak biasa. ‘’Mereka mengemas banyak isu yang terjadi di Indonesia sebagai karya yang bertahan tanpa batas,’’ ujar Triawan saat melayat di rumah duka, Jalan Salak Raya, Pamulang, Jumat (5/1).
Banyak lagu Koes Plus menyuarakan tentang Indonesia hingga dapat dikatakan nuansa nasionalis bisa dirasakan. Dalam proses mencipta lagu pun begitu produktif dan mengena semua kalangan.
Kekompakan Koes Plus pun patut menjadi contoh bagi grup musik lain saat ini. Mereka bisa bertahan lama dan merilis karya yang bisa disandingkan dengan the Beatles, grup asal Inggris. "Dia menyerahkan lagu-lagunya untuk negara, tidak peduli tentang royalti, padahal itu sangat berguna untuk keluarga dan keturunannya," kata Triawan.
Pesan terakhir
Yon Koeswoyo memiliki keinginan terakhir yang sederhana untuk keluarganya. Kekompakan dan selalu semangat menjadi pesan terakhir yang disampaikan almarhum.
"Kita harus kompak dan rukun, penuh semangat, dan jangan mudah putus asa," kata anak tertua Yon, Gery Koeswoyo .
Pesan terakhirnya itu, menurut Gery, memang sesuai dengan karakter ayahnya yang selalu bersemangat. Meski jatuh sakit, almarhum tetap bersemangat menjalani hidupnya selama setahun belakangan.
Yon dikenal penyabar dan sifat itu secara tidak langsung diajarkan kepada anak-anaknya. Berkat itu, anaknya-anaknya bisa belajar banyak hal tentang kesabaran dan rasa semangat untuk menjalani hidup.
Gery pun ingat, saat sakit, ayahnya juga sering menonton bersama pertunjukan 2nd Generation. Bahkan, keluarga besar Koes berencana akan berangkat ke Lombok bulan Februari nanti.
Istri Yon, Bonita, mengatakan, ada beberapa hal yang sangat membekas kuat dari sosok suaminya. Salah satunya keinginan kuat almarhum untuk melihat anak bungsunya, Aron, diwisuda.
"Almarhum dari sebelum sakit sampai sakit yang dia terus bilang, 'Bisa, enggak, ya, saya lihat Aron wisuda?' Karena dia orangnya semangat, saya selalu bilang, ‘Bisalah, Pap,’" ujar Bonita sesaat setelah pemakaman di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Sabtu.
Bagi Bonita, Yon merupakan sosok yang pintar, cerdas, rendah hati, dan gaya bicaranya ceplas-ceplos. "Sapaannya sama kita, Babeh, dia orang yang semangat banget. Terakhir saya foto sama dia, dia bilang, 'Kok muka gue kecil banget, ya? Ah, tapi tetap kerenlah.' Dia selalu humoris dan apa adanya," ujar Bonita sendu.
Yon Koeswoyo, menurut dia, adalah orang yang antirumah sakit. Ia sangat tidak suka dengan dokter. Terakhir saat sakit, baru kali itu ia dipegang oleh dokter spesialis. Aron yang pendiam persis seperti ayahnya mengatakan dua patah kata keinginan ayahnya yang belum terlaksana. "Lulus kuliah," kata Aron sambil menitikkan air mata.
Tahun ini, sekitar bulan Juli 2018, Aron dijadwalkan wisuda. Dia juga masih harus menjalani beberapa kali ujian. Aron, Bonita menyampaikan, merupakan sosok kebanggaan Yon Koeswoyo. Ia ingin sekali melihat ada salah satu putranya diwisuda.
Cak Nun di akhir sambutannya membacakan ayat Alquran di depan makam Yon. Semua orang terlihat menunduk mendengarkan lafaz Ilahi yang keluar dari mulut Cak Nun dengan merdu. "Semoga beliau mengharumi surga. Kita syukuri mereka hadir untuk bangsa Indonesia," tutupnya. (Fergi Nadira B, Pengolah: firkah fansuri).