Jumat 29 Dec 2017 11:21 WIB

Terus Gunakan Medsos Buat Remaja Rentan Tertekan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
Remaja masa kini menggunakan gadget untuk berbagai kebutuhan, waspadai penggunaannya supaya anak tidak terjerumus hal yang salah.
Foto: pixabay
Remaja masa kini menggunakan gadget untuk berbagai kebutuhan, waspadai penggunaannya supaya anak tidak terjerumus hal yang salah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Remaja lebih lekat dengan ponsel pintar. Terkadang mereka justru lebih pintar dalam menggunakannya ketimbang orang tua.

Pew Research Center menemukan tiga perempat remaja memiliki akses ke ponsel pintar. Menurut seorang eksekutif Facebook, milenial melihat ponsel mereka rata-rata lebih dari 150 kali sehari.

Selama dekade terakhir, jumlah anak-anak dan remaja Amerika yang dirawat di rumah sakit anak-anak karena melaporkan pemikiran bunuh diri telah meningkat dua kali lipat. Sebelumnya angka tersebut menurun selama bertahun-tahun.

Tingkat bunuh diri untuk anak-anak berusia 15 sampai 19 tahun meningkat antara 2007 dan 2015. Peningkat itu sebesar 31 persen untuk anak laki-laki dan lebih dari dua kali lipat untuk anak perempuan.

Profesor psikologi di San Diego State University Jean Twenge melakukan sebuah studi yang menunjukkan penjelasan yang berbeda untuk melankolis remaja. Banyak anak muda menghabiskan waktu menatap layar telepon mereka memiliki dampak serius, terutama bagi remaja perempuan.

Twenge menemukan, remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial seperti Snapchat, Facebook, atau Instagram pada sebuah smartphone, lebih cenderung setuju dengan ucapan seperti "masa depan sering kali nampak putus asa," atau "saya merasa tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar."

Mereka yang menggunakan ponsel pintar lebih sedikit, menghabiskan waktu bermain olahraga, mengerjakan pekerjaan rumah, atau bersosialisasi dengan teman secara langsung. Dan cenderung melaporkan jika keadaan mental masalah.

Studi lain yang menguatkan masalah depresi pada orang yang terlibat banyak dengan media sosial. Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2016 meminta kelompok orang dewasa yang dipilih secara acak untuk keluar dari Facebook selama seminggu, dan satu kelompok terus berselancar situs seperti biasa.

Mereka yang meninggalkan Facebook dilaporkan merasa kurang tertekan pada akhir minggu dibandingkan mereka yang terus menggunakannya. Percobaan lain yang dipublikasikan pada tahun 2013 menemukan bahwa semakin banyak peserta menggunakan Facebook, perasaan buruk yang mereka rasakan tentang kehidupan mereka, dikutip dari Economist, Jumat (29/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement