REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak negara di dunia memberlakukan kebijakan social distancing atau karantina mandiri warganya di rumah. Tak bisa kemana-mana bisa saja memengaruhi kesehatan mental seseorang, terutama yang masih berada di usia remaja.
Di tengah krisis ini, mungkin sulit bagi remaja untuk memproses semuanya sekaligus. Rasa cemas, rasa terisolasi, atau depresi dapat berkembang jika tidak diatasi dengan baik. Seperti dilansir di Medical Daily, berikut sejumlah cara untuk membantu melindungi kesehatan mental remaja:
Buat mereka merasa penting
Remaja memiliki reaksi berbeda ketika dihadapkan pada situasi yang sulit. Cermati apakah mereka memiliki respons yang berlebihan atau tidak. Mereka perlu didengar pendapatnya. Selain itu, orang tua atau orang terdekat harus bisa mengatakan pendapat para remaja adalah hal yang tidak kalah penting.
Tanyakan tentang apa yang diketahui remaja mengenai Covid-19
Kepanikan seseorang dapat disebabkan karena mereka memiliki informasi yang salah. Oleh karenanya, proaktiflah dan tanyakan pendapat mereka tentang pandemi ini. Jika mereka dinilai memiliki gagasan yang salah tentang masalah global ini, maka merupakan tugas orang terdekat untuk mengarahkan dan menjadi sumber yang dapat diandalkan.
Jangan tunjukkan kecemasan
Orang tua atau wali dapat memengaruhi cara seorang remaja bertindak. Bahkan, tanpa kedua pihak menyadarinya. Oleh sebab itu, jangan tunjukkan kepanikan dalam menangani wabah Covid-19. Cobalah yang terbaik untuk tetap tenang.
Selalu yakinkan remaja bahwa mereka didukung dan dicintai
Ingatkan para remaja di rumah Anda tentang bagaimana bersama keluarga selama ini bisa melewati masa-masa sulit. Meskipun ditimpa berbagai musibah, masa sulit itu tetap terlewati hingga sekarang. Orang tua perlu mengingatkan anak-anaknya akan cinta dan persatuan yang dimiliki selama ini.