Jumat 24 Nov 2017 05:02 WIB

Pilih Mainan Anak, Perhatikan Ini Terlebih Dulu

Rep: Retno Wulandhari/Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Pembeli memilih mainan untuk anaknya ketika berbelanja di Pasar Gembrong, Jakarta, Ahad (19/7).  (Republika/Prayogi)
Pembeli memilih mainan untuk anaknya ketika berbelanja di Pasar Gembrong, Jakarta, Ahad (19/7). (Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai orang tua, membelikan mainan untuk anak adalah sebuah kepuasan tersendiri. Selain untuk menghibur, memberinya mainan sebagai hadiah dapat memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak.

Namun di balik sejumlah manfaat tersebut, mainan juga bisa mendatangkan bahaya jika orang tua tidak selektif dan jeli dalam memilihnya. Hal pertama yang harus diperhatikan yaitu membeli produk mainan yang bersertifikat SNI (Standar Nasional Indonesia).

General Manager Toys Kingdom, Bart Nureka, mengatakan mainan yang sudah bersertifikat SNI lebih dijamin keamanannya saat sampai di tangan anak. Pasalnya, untuk mendapatkan sertifikat SNI ini mainan harus melewati serangkaian tes mulai dari segi fisik, hingga kandungan yang terdapat di dalam bahan pembuatan.

Dari segi fisik mainan akan dilihat apakah terdapat sudut-sudut tajam, apakah mudah terbakar atau mudah pecah. Sedang dari segi kandungan dicek apakah mengandung timbal atau zat berbahaya lainnya. "Jika terdapat salah satu unsur berbahaya itu mainan tidak akan lolos dan tidak dapat sertifikat SNI," ujar Bart belum lama ini.

Bart menjelaskan, pada mainan yang sudah bersertifikat SNI akan ditemukan stiker atau logo bertuliskan SNI serta kode khusus yang sudah terdaftar di pemerintah. Bagi orang tua yang ragu dengan keaslian stiker pada mainan, bisa melakukan pengecekan kode SNI ke Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan.

Selain memastikan sertifikat SNI, orang tua sebaiknya memilih mainan yang sesuai dengan usia anak. Sebab, selain untuk menghibur, mainan juga dapat merangsang tumbuh kembang anak.

Early Learning Center (ELC) Child Development Specialist, dr Markus M. Danusantoso, SpA, membenarkan bahwa fungsi mainan edukatif diperlukan dalam proses tumbuh kembang anak dan menjadi bekal untuk masa depannya.

"Para orang tua dapat memberi jenis mainan yang sesuai dengan jenis kegiatan, usia, dan kemampuan anak untuk mendapatkan hasil yang optimal hingga tahap krusial perkembangan anak," ujar dr. Markus M. Danusantoso di sela acara ELC Holiday Toys Exclusive Preview di Jakarta belum lama ini.

Konsep tumbuh kembang anak melalui permainan menjadi solusi bagi orang tua dalam mengembangkan panca indera anak sejak dini. Melalui permainan, anak akan dirangsang untuk mengeksplorasi dan mempelajari hal-hal baru. Fase pertama sejak lahir adalah fase di mana anak memulai indera penglihatan dan sentuhan.

Memasuki usia 3 bulan, anak sudah mampu mengontrol gerakan tangan dan kakinya serta senang mengeksplor hal-hal di sekitarnya. Di usia 6 bulan, anak mulai bisa duduk atau bahkan merangkak. Memasuki usia 9 dan 12 bulan, anak memasuki tahap perkembangan yang sangat aktif dan pada usia 18 bulan hingga seterusnya, anak mulai berimajinasi dan mengeksplorasi hal-hal baru.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement