Senin 20 Nov 2017 11:46 WIB

Sail Sabang Dilepas dari Tanjung Priok

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Dwi Murdaningsih
Foto udara pulau Weh, Sabang
Foto: ANTARA
Foto udara pulau Weh, Sabang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan melepas sail sabang di JICT Tanjung Priok, Senin (20/11) pagi. Sail sabang merupakan rangkaian ke 9 dari sail yang pertama kali diluncurkan di Bunaken pada 2009 silam. Luhut mengatakan sail sabang ini merupakan wujud refleksi dari Indonesia sebagai bangsa dan negara yang berkepulauan namun tetap bersatu padu dalam persatuan.

Luhut menjelaskan, sail ini merupakan salah satu cara bagi Indonesia untuk mengenalkan kekayaan dan potensi Indonesia. Ia menjelaskan sebagai salah satu negara kepulauan terbesar dengan potensi ekonomi maritim yang mencapai 1,33 triliun US Dolar per tahun, Indonesia pastinya memiliki banyak potensi wisata maritim yang amat potensial.
 
"Keindahan khas tropis yang memukau, kekayaan budaya, dan beragamnya aset bahari di negara kita jika dikelola dengan baik pasti akan memberikan efek positif yang sangat luar biasa besarnya," ujar Luhut dalam sambutannya, Senin (20/11).
 
Luhut menjelaskan saat ini Sektor Pariwisata telah memberikan kontribusi pengahasil devisa kedua di Indonesia setelah sektor  minyak sawit, dan diperkirakan akan menjadi penghasil devisa nomor satu pada tahun 2019. Oleh karenanya, pemerintah terus bergerak memperkenalkan keindahan dan kekayaan maritim Indonesia di mata dunia. Salah satunya adalah dengan acara Sail Indonesia yang tahun ini diselenggarakan di Sabang, Provinsi Aceh.
 
"Banyak orang Indonesia yang tidak sadar bahwa negara kita ini luar biasa besar. Saya pernah berbicara dengan Perdana Menteri Abe dari Jepang. Saya tunjukkan Peta Indonesia, Saya katakan dari Sabang sampai Merauke itu kira-kira 8 jam terbang, sedangkan dari Jakarta ke Tokyo itu cuma 6 jam 45 menit," ujar Luhut.
 
Luhut berharap dengan adanya acara ini maka kedepan tidak ada lagi perbedaan yang membuat bangsa ini terpecah belah. Luhut menjelaskan, dengan menjaga persatuan tak hanya akan berdampak pada ketahanan nasional tetapi juga menjaga indonesia untuk bisa berkompetisi di kancah internasional
 
"Ini merupakan suatu program berkelanjutan. bukan bicara soal hura hura, tapi kita mau sebagai negara yang besar, kita ingin indonesia direfleksikan, di buat menjadi negara kepulauan yang kuat dan satu. indonesia negara kalahan? gak ada itu. yang buat satu itu kita juga, jangan terlalu banyak bicara perbedaan. kita ingin didik mereka masa depan indonesia itu di tangan mereka," ujar Luhut.
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement