Kamis 16 Nov 2017 09:37 WIB

Hindari Stres, Ortu Penting Punya Tempat Berbagi

Rep: Hartifiany Praisra/ Red: Indira Rezkisari
Anak menangis
Foto: flickr
Anak menangis

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati menyampaikan bahwa orang tua yang memiliki kondisi sulit tidak melampiaskan kekesalannya pada anak. Jangan sampai kondisi sulit itu membuat anak menerima kekerasan dari orang tuanya. Seperti yang terjadi dalam kasus NW yang membunuh putranya.

"Kondisi NW sebagai orang tua tunggal, tidak bekerja dan tidak ada tempat untuk bercerita menjadi pemicu pelampiasan terhadap anak," kata Rita. Rita menuturkan bahwa orang tua harus bertanggung jawab. Jika memang terpaksa harus punya anak, maka orang tua harus tau tumbuh kembang anak serta jangan melampiaskan kemarahan pada anak.

"Karena pada kasus ini, NW tidak menyadari ketika anak kembali mengompol sebenarnya adalah problem kecemasan pada anak," lanjut Rita.

Selain itu, Rita menuturkan bahwa pentingnya orang tua memliki orang yang dipercaya untuk bercerita masalahnya. Kondisi NW sebagai orang tua tunggal membuat dia sulit membicarakan permasalahannya. Meski pihak sekolah telah melakukan pendekatan ketika menyadari kondisi lebam yang diderita GW.

Lembaga-lembaga seperti Komisi Perlindungan Anak dari Kementrian Sosial Republik Indonesia, Pusat Layanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Komisi Nasional Perempuan, dan Kepolisian dinilai Rita cukup untuk tempat bagi ibu yang memiliki kondisi serupa dengan NW untuk menceritakan kondisinya. "Di Unit Pelayanan dan Perlindungan Anak di setiap kantor polisi akan ramah melayani problem perempuan dan anak," tutup Rita

Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, menyatakan pentingnya memperhatikan apa latar belakang dari tindakan yang dilakukan oleh NW. "Orang-orang mungkin berpikir bahwa apa yang dilakukan ibu ini adalah salah besar. Namun kita di sini tidak bisa hanya menyalahkan tanpa melihat latar belakang kondisi ibu ini," kata Anna.

Keadaan NW sebagai orang tua tunggal dan himpitan ekonomi menjadi alasan utama hingga akhirnya NW tega melampiaskan emosinya pada anak. "Kita lihat apa lingkungan sekitar ibu ini membantu, karena saya dengar dari pihak sekolah juga mencurigai luka dari anak ini. Sekolah harusnya proaktif untuk menegur, melaporkan atau membantu ibu untuk mencegah hal ini terjadi," lanjut Anna.

Anna mengatakan bahwa NW dalam keadaan stres berat dan embutuhkan bantuan. NW tidak bisa menyimpan permasalahannya sendiri. Untuk saat ini, Anna menyarankan ada psikolog yang mendampingi NW agar hal serupa tidak terjadi di kemudian hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement