REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cinta seni modern dan kontemporer? Kini tak perlu bingung lagi untuk menikmati seni tersebut. Sebab Jakarta sudah memiliki Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara atau Museum MACAN.
Terletak di AKR Tower, Jalan Panjang No. 5, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, museum ini adalah museum pertama yang memberikan akses publik terhadap koleksi seni modern dan kontemporer Indonesia serta internasional. Koleksinya yang bukan hanya karya signifikan, namun juga terus berkembang.
Berdiri di atas bangunan seluas 4.000 meter persegi, museum MACAN memiiki program berkelanjutan berupa pameran dan aktivitas seni. Koleksi museum MACAN mencangkup lebih dari 800 karya seni, separuhnya terdiri dari karya seni terkemuka daari Indonesia, dan 50 persen lainnya dari Eropa, Amerika Utara, Cina dan bagian Asia lainnya. Walau ada 800 karya, namun hanya 90 karya saja yang dipamerkan. Tentu semua karya di sini berfokus pada seni modern dan kontemporer.
Dalam pameran ini, sejarah Indonesia digunakan sebagai penuntun dalam seleksi karya. Seleksi tersebut merangkum peristiwa-perintiwa internasional yang memengaruhi Indonesia, serta berbagai dialog sosial, ekonomi budaya yang terjadi dalam dua abad terakhir yang berdampak pada lanskap seni dan kehidupan masyarakat.
Karya-karya ini menyajikan sebuah ide tentang bagaimana perubahan-perubahan tersebut memengaruhi cara seniman berekspresi. Sebaliknya, kumpulan karya dalam museum ini juga memperlihatkan cara seniman memengaruhi pandangan masyarakat terhadap dunia.
Ketika Republika.co.id datang, tampak karya yang dipamerkan dalam museum ini mengikuti alur kronologis yang luas dan dibagi menjadi empat bagian utama. Dalam setiap bagian, pengunjung dapat menjumpai kemiripan dalam topik bahasan maupun gagasan individual seniman yang telah memiliki dampak mendalam sepanjang sejarah kesenian.
Bumi, Kampung Halaman, Manusia
Hal ini mengacu pada tiga unsur inti yang menyumbangkan pada pemahaman akan identitas pribadi. Unsur-unsur tersebut ditampilkan para seniman dalam berbagai gaya dan cara. Selama masa penjajahan, lansekap Indonesia dan terutama Bali yang permai kerap kali dianggap ideal dan eksotis oleh para seniman Barat yang terpesona oleh penduduk dan adat istiadat di daerah tropis.
Bagian ini menunjukkan gagasan hubungan antara penjajah dan rakyat jajahan pada masa itu. Di bagian ini juga terpajang karya-karya yang terentang sejak pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Seniman yang mengisi bagian ini berasal dari Eropa dan Asia Tenggara, yakni Raden Saleh, Miguel Covarrubias dan I Gusti Nyoman Lempad.
Kemerdekaan dan Setelahnya
Bagian ini tentunya tidak asing bagi warga Indonesia, pasalnya di bagian ini beragam koleksi lukisan berkisah tentang kemerdekaan Indonesia. Karya-karya dalam bagian ini sebagian besar diciptakan pasca Perang Dunia II.
Seniman-seniman Indonesia menampilkan tema nasionalisme untuk memberikan dorongan moril pada masyarkat dan menunjukkan jati diri bangsa Indonesia. oleh karenanya, gaya lukisan realism menjadi bahasa visual yang dominan untuk mencerap kenyataan melalui lukisan.
Pergulatan Seputar Bentuk dan Isi
Cerita mengenai perang dingin antara dua negara adidaya Amerika Serikat dan Uni Soviet, pada saat itu Indonesia memilih untuk netral dan mendirikan Gerakan Non Blok. Hal ini tergambar dari lukisan seniman yang menunjukkan polarisasi praktik kesenian modern di Indonesia antara yang figuratif dan abstrak.
Ada lukisan dengan nilai universal dan eksperimental yang terwakilkan oleh karya absrak dari Srihadi Soedarsono, Nashar dan Mark Rothko. Kemudian nilai kemasyarkatan dalam karya figuratif Djoko Pekik dan Heri Dono. Dan lajur ketiga yang menanggapi masyarakat sekitar melalui sudut pandang popular namun kritis dapat ditemukan dalam karya-karya Andy Warhol, Robert Rauschenberg dan Arahmaiani.
Racikan Global
Sebelum meninggalkan ruang museum, Anda akan disajikan karya seni yang menampilkan karya-karya dari generasi seniman kontemporer yang sadar pada bahasa visual internasional, gagasan pada kecenderungan pasar. Di sini, Anda dapat menikmati racikan global yang mengandung sejumlah kesamaan dan perbedaan. Salah satu yang menjadi sorotan ialah seni karya Yukinori Yanagi. Yakni gambar 13 negara, 10 diantaranya adalah negara ASEAN seperti Indonesia, Vietnam, Kamboja, Thailand, Laos, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, Filipina dan Myanmar. Tiga lagi adalah bendera negara Jepang, Cina, dan Korea.
Uniknya, Yanagi menggunakan pasir dan semut berwarna dalam karya seninya. Ada 5.000 semut dalam karya seni ini di mana seiring waktu semut tersebut akan membuat terowongan yang menghubungkan satu kotak dengan yang lain, sehingga mereka dapat bebas bergerak diantara semua kotak dan bendera. Pergerakan semut ini juga diartikan dinamika dan kolaborasi antar setiap negara.