REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai seorang ibu, Sophie Navita selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Ia ingin memastikan masa depan anaknya terlindungi agar mereka dapat meraih prestasi yang diharapkan.
"Saya selalu berusaha menyiapkan dan melindungi masa depan yang sehat dan cerah agar mereka dapat meraih prestasi, melebihi yang sudah saya raih saat ini," ujar Sophie Navita saat menjadi salah satu pembicara di "Avrist Insurance Day: Healthy Self, Healthy Future", Rabu (8/11).
Kesehatan, ujar Sophie Navita, adalah hal yang penting untuk dapat mewujudkannya. Dan untuk mencapainya, dikatakan istri dari Pongki Barata ini bukanlah hal sulit. Menurutnya gaya hidup sehat tidak membutuhkan biaya hidup tinggi.
"Persoalan utamanya ada pada ketidak mengertian cara beristirahat dan perlu disiplin," ujar Sophie Navita.
Ia mengatakan, salah satunya, saat ini di tengah dinamisnya kehidupan masyarakat, smartphone merupakan hal yang tidak bisa ditinggal. Padahal smartphone memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesehatan.
"Persoalan kita adalah tidak mengerti cara istirahat. Bayangkan bagaimana bisa kita hidup dengan handphone terus dipegang dan mempengaruhi seluruh kehidupan kita, tanpa istirahat. Padahal kesehatan itu semua dimulai dari pikiran," kata Sophie.
Sohie, yang juga penulis buku “Hati yang Gembira adalah Obat” ini mengaku sedih dengan begitu tergantungnya orang-orang saat ini dengan smartphone, lupa bahwa dampak negatif ketergantungan pada smartphone itu berpangaruh pada kesehatan. Bahkan tangan yang menggenggam smartphone bisa mengubah bentuk tangan, leher dan punggung.
"Bagi saya dan Pongki, menjaga kesehatan adalah yang terutama. Gaya hidup sehat tidak memerlukan biaya yang tinggi, hanya memerlukan keteraturan dan kedispilinan. Tidak ada yang lebih mahal dari kesehatan, dan tidak ada hal yang paling menyedihkan selain merasakan sakit," ujar Sophie.
President Director PT Avrist Assurance, Burton Lai mengatakan hal serupa. Ketika seseorang sudah terkena penyakit, terutama penyakit kritis, tidak hanya sekadar berisiko tinggi terhadap jiwa seseorang. Tetapi memberikan beban dan risiko finansial yang cukup signifikan.
Menurut catatan Kementerian Kesehatan periode Januari hingga Juni 2014, program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) harus membiayai penyakit kritis yang menimpa sejumlah masyarakat Indonesia hingga mencapai Rp 5,27 triliun.
"Inilah yang ingin kami gaungkan kembali kepada masyarakat Indonesia sebagai bentuk tanggung jawab kami sebagai perusahaan jasa asuransi melalui acara Avrist Insurance Day: Healthy Self, Healthy Future,” ujar Burton Lai.